Pangkalpinang (ANTARA) - Pengunjung Museum Timah Indonesia (MTI) di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama Januari hingga Juni 2024, mencapai 13.883 orang, sehingga dapat mendorong pembangunan pariwisata di Kota Beribu Senyuman itu.

"Alhamdulillah, MTI selalu ramai dikunjungi pelajar, wisatawan Nusantara dan luar negeri (mancanegara)," kata Ketua MTI Kota Pangkalpinang Muhammad Tahfik di Pangkalpinang, Minggu.

Ia mengatakan MTI Pangkalpinang yang dikelola PT Timah ini didirikan pada 1958, memiliki beragam koleksi tentang penambangan timah di Indonesia dan Bangka Belitung yang dapat menambah wawasan bagi para pengunjung.

Baca juga: Museum Timah Indonesia Pangkalpinang hadirkan teknologi VR kapal keruk

MTI Pangkalpinang tidak hanya sarat muatan sejarah, bangunannya merupakan bangunan tua yang dibangun sejak zaman Belanda. Selain sebagai pusat informasi pertimahan, MTI juga sebagai lokasi rekreasi edukasi dan menjadi salah satu cagar budaya Kota Pangkalpinang.

Selain itu, MTI memiliki berbagai koleksi yang menarik, seperti miniatur kapal penambangan timah, peralatan penambangan timah, bor tambang peninggalan Belanda, lokomotif klasik, diorama, relief sejarah pertambangan timah dan lainnya.

"Kunjungan didominasi oleh pelajar yang ingin mengetahui tentang sejarah timah. Dalam satu hari MTI bisa dikunjungi ratusan orang, untuk sekedar rekreasi maupun melihat beragam koleksi yang dimiliki museum," ujarnya.

Salah satu pengunjung MTI Pangkalpinang Putri menceritakan dirinya kerap berkunjung ke MTI Pangkalpinang membawa buah hatinya. Selain tempatnya yang nyaman, koleksi yang tersedia juga banyak.

"Saya rutin bawa anak saya ke museum, karena ini sekaligus mengenalkan tentang Bangka Belitung. Tempatnya nyaman, ini gratis juga. Bahkan, satu bulan sekali saya pasti bawa anak ke sini untuk mengenalkan koleksi di sini," katanya.

Baca juga: Museum Timah Indonesia The Legend segera dibangun di Bangka

Baca juga: MTI siapkan "studio mapping" sejarah tambang timah


Ia mengaku membawa buah hatinya ke museum merupakan bagian dari pembelajaran tentang provinsi kelahiran mereka, ditambah anak-anak mereka juga bisa bermain dan melihat langsung koleksi yang ada.

"Karena anak-anak masih kecil dan belum sekolah, saya tidak mengenalkan semuanya ke mereka. Tapi, satu per satu, misalnya hari ini saya kasih lihat dan jelaskan tentang kapal keruk. Namanya anak-anak ya paling mereka bertahan 10 menit, habis itu mereka lari lihat pasir 3D itu," katanya.

Pewarta: Aprionis
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024