Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) berkomitmen untuk meningkatkan resiliensi atau keteguhan warga negara Indonesia (WNI) di Kinabalu, Malaysia dari paparan ideologi kekerasan, yakni melalui konsep kebangsaan dan persatuan.

“Peningkatan resiliensi WNI di Kota Kinabalu terhadap paham radikal terorisme perlu terus ditingkatkan dengan menguatkan konsep nilai kebangsaan dan persatuan,” kata Kepala BNPT RI Komjen Pol Mohammed Rycko Amelza Dahniel sebagaimana keterangan tertulis diterima di Jakarta, Minggu.

Baca juga: Film dokumenter jadi literasi digital pekerja migran tangkal terorisme

Rycko mengingatkan seluruh pihak agar mengedepankan prinsip persatuan serta senantiasa mewaspadai kelompok yang melakukan aksi-aksi intoleran dalam bermasyarakat.

“Kita perlu bersatu dalam perbedaan unity in diversity duduk dalam perbedaan dan berhati-hati terhadap pihak-pihak yang mengajarkan intoleransi, radikalisme hingga terorisme,” ucapnya.

Di samping itu, dia juga mengingatkan pentingnya meningkatkan pengetahuan kebangsaan, terutama pada kelompok rentan, yakni perempuan, remaja, dan anak.

Pernyataan tersebut disampaikan Kepala BNPT RI saat kunjungan kerja di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, Sabtu (20/7).

Baca juga: BNPT RI ajak PMI di Hong Kong perkuat nilai kebangsaan dan persatuan

Konsul Jenderal KJRI Kota Kinabalu Rafail Walangitan menyambut baik upaya pencegahan ideologi kekerasan yang mengarah kepada terorisme di wilayah kerja Sabah, mengingat ancaman terorisme merupakan kejahatan transnasional dan secara diam-diam (klandestin).

“Ancaman terorisme telah melampaui batas suku, budaya, negara. Kita perlu waspada terhadap ancaman terorisme yang bisa terjadi dimana saja. Kami menyambut baik kegiatan ini,” ujar Rafail.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Perangkat Hukum Internasional BNPT RI Imam Subekti menyampaikan hasil penelitian mengenai pekerja migran Indonesia (PMI) yang terlibat terorisme, baik melalui aktivitas propaganda di media sosial, pendanaan terorisme, maupun panduan menghindari aktivitas radikal terorisme.

Kegiatan tersebut ditutup dengan pemutaran film bertajuk Pilihan yang diprakarsai oleh Noor Huda Ismail (Ruang Migran) dan diproduseri Ani Ema Susanti. Film tersebut menceritakan kisah persoalan perempuan pekerja migran dan jebakan terorisme di media sosial.

Baca juga: BNPT sebut terjadi perubahan tren pola serangan terorisme di RI
Baca juga: BNPT: Indeks toleransi RI tunjukkan tren positif

Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024