Jakarta (ANTARA) - CEO CrowdStrike George Kurtz menyampaikan permohonan maaf atas gangguan teknologi informasi yang mempengaruhi perusahaan di berbagai sektor secara global pada Jumat (19/7).

"Kami sangat menyesalkan dampak yang kami sebabkan kepada pelanggan, para wisatawan, dan siapa pun yang terkena dampaknya, termasuk perusahaan kami," kata Kurtz, melansir Channel News Asia, Jumat (19/7).

Kurtz mengatakan CrowdStrike tengah berupaya untuk menyelesaikan gangguan tersebut. Sistem bisa beroperasi setelah dinyalakan ulang.

"Butuh waktu bagi sebagian sistem yang tidak pulih otomatis tapi kami akan memastikan seluruh sistem pelanggan pulih sepenuhnya," ujar Kurtz.

Baca juga: Saham CrowdStrike anjlok akibat gangguan TI global

Bisnis di seluruh dunia pada hari Jumat (19/7) melaporkan adanya gangguan TI termasuk munculnya layar biru pada komputer Windows mereka. Gangguan itu telah mempengaruhi perusahaan di berbagai sektor, mulai dari bank, jaringan makanan, dan rumah pialang, hingga organisasi berita, jaringan kereta api, dan maskapai penerbangan.

Beberapa bisnis dan pakar keamanan menuding perusahaan keamanan CrowdStrike, dan perusahaan energi Australia AGL secara langsung menyalahkan pembaruan dari perusahaan tersebut. Perangkat lunak perusahaan itu banyak digunakan oleh perusahaan untuk mengelola keamanan pada perangkat dan server Windows.

Akibat gangguan itu saham CrowdStrike turun lebih dari 14 persen dalam perdagangan prapasar pada hari Jumat.

Baca juga: Sedikitnya 4.400 penerbangan dibatalkan akibat gangguan global TI

Baca juga: Penerbangan di AS ditunda dan dibatalkan akibat gangguan teknologi

Baca juga: Gangguan teknologi global akibatkan kekacauan besar di California

Penerjemah: Farhan Arda Nugraha
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024