Kuala Lumpur (ANTARA News) - Tiga negara serumpun (rumpun Melayu) yakni Malaysia, Indonesia, dan Brunei Darussalam telah memiliki 400.000 istilah, ejaan, dan tata bahasa yang sepadan atau selaras. "Kami sudah memiliki sekitar 400.000 istilah, ejaan, dan tata bahasa yang sepadan," ujar pengarah jabatan bahasa (direktur) Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, Hajah Noresah binti Baharom, di Kuala Lumpur, Selasa. Ia mengemukakan hal itu, di sela-sela sidang ke-20 pakar MABBIM (Majelis Bahasa Brunei-Indonesia-Malaysia) dengan Malaysia sebagai tuan rumah selama lima hari (10-15 September). "Ratusan ribu padanan istilah itu merupakan hasil pertemuan sejak 1972," paparnya, didampingi Kepala Pusat Bahasa Indonesia, Dra Meity Taqdir Qodratillah MHum. Dalam kesempatan yang juga didampingi Ketua Bahagian Bahasa di Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei Darussalam, Aw Hanafiah bin Haji Aw Zaini, ia menjelaskan, sejak 1972 ada MBIM (Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia). Setelah itu, katanya, forum dikembangkan menjadin MABBIM (Majelis Bahasa Brunei, Indonesia, dan Malaysia) sejak 4 Nopember 1985 yang melibatkan tiga negara serumpun. "Pemadanan atau penyelarasan itu penting, untuk memperlancar komunikasi antar masyarakat ketiga negara serumpun yang memiliki perbedaan akibat penjajahan dari negara berbeda yakni Inggris dan Belanda," tegasnya. Selain itu, penyelarasan itu juga penting guna lebih mendekatkan ketiga negara tersebut, sehingga ketiganya akan semakin bersatu dalam menghadapi era global saat ini. Menurut dia, padanan itu diutamakan pada delapan bidang yakni pergigian (kedokteran gigi), agama Islam, perobatan (kedokteran/AIDS), Undang Undang (hukum), percukaian (ekonomi/pajak), teknologi maklumat (teknologi informasi), dan kejururawatan (keperawatan). "Pada bidang teknologi, seperti kedokteran, keteknikan dan teknologi maklumat, banyak serapan dari Bahasa Inggris, sedangkan di bidang agama banyak serapan yang bersumber dari bahasa Arab, kemudian di bidang lainnya ada serapan bahasa Belanda," ucapnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006