Penanaman padi tumpang sisip tersebut dilakukan dengan varietas padi gogo....
Bandarlampung (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (KPTPH) Provinsi Lampung menargetkan luas tanam program tumpang sisip padi di Lampung mencapai  4.500 hektare.
 
"Untuk mengatasi serta mengantisipasi mundurnya musim tanam akibat fenomena iklim El Nino yang terjadi tahun lalu,  dilakukan beberapa kegiatan, salah satunya  penambahan areal tanam, dan dalam pelaksanaan program tersebut ada kegiatan tumpang sisip," ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (KPTPH) Provinsi Lampung Bani Ispriyanto di Bandarlampung, Sabtu.
 
Ia mengatakan bahwa dengan target 4.500 hektare, benih dari pemerintah pusat. Dan jumlahnya akan disesuaikan dengan luas lahan yang menjadi target, serta bila ini berhasil akan dikembangkan lebih luas.

Baca juga: Petani Manokwari dapat bantuan padi gogo 300 hektare dari Kementan
 
Dia menjelaskan tumpang sisip ini dilakukan dengan menanam padi di lahan perkebunan, tepatnya di tengah tanaman perkebunan seperti sawit, karet, dengan jarak tanam 2-3 meter.
 
"Penanaman padi tumpang sisip tersebut dilakukan dengan varietas padi gogo, seharusnya memang varietas Inpago. Kalau padi fogo ini memang tahan kekeringan jadi cocok untuk tumpang sisip," tambahnya.
 
Ia melanjutkan program tumpang sisip tersebut dilaksanakan selain untuk meningkatkan luas tanam, juga mengantisipasi kemarau.
 
"Tumpang sisip ini khusus untuk padi saja yang ditanam di sela-sela tanaman lain. Ini akan dilakukan di sembilan kabupaten, antara lain di Kabupaten Tanggamus, Pesawaran, dan Waykanan," ujar dia lagi.

Baca juga: Petani Bekasi kembangkan benih Inpago 13 tingkatkan produktivitas
 
Menurut dia, dari target luas tanam padi melalui program tumpang sisip ada sebanyak 4.500 hektare itu, telah terealisasi tanam sampai saat ini seluas 1.612 hektare.
 
"Harapannya ini bisa meningkatkan produktivitas lahan pertanian di Lampung selama periode ini juga," katanya.
 
 

Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024