Bom itu meledak di sebuah distrik belanja yang sibuk hari Minggu untuk melukai setidaknya 22 orang dekat situs demonstran antipemerintah.
Para pendukung PM Thai Yingluck Shinawatra sudah berjanji untuk mengambil langkah keras kepada demonstran yang menguasai jalanan akhir November lalu untuk menuntut Yingluck mundur.
Adik si anak perempuan itu, masih berusia empat tahun, dan seorang wanita berumur 59 tahun meninggal akibat bom itu.
Seorang bocah laki-laki berusia sembilan tahun masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit akibat luka parah.
Tak ada yang bertanggungjawab atas serangan bom tersebut, tapi Yingluck menyebutnya sebagai serangan terorisme.
"Saya mengutuk keras penggunaan kekerasan dalam beberapa hari belakangan, mengingat nyawa anak-anak telah terenggut," kata dia di laman Facebook. "Insiden kekerasan adalah aksi para teroris untuk tujuan politik tanpa mempedulikan nyawa manusia."
Para pemimpin koalisi propemerintah Front Bersatu untuk Demokrasi melawan Kediktatoran (UDD) bersumpah untuk menghadapi pemimpin antipemerintah Suthep Thaugsuban dengan bersiap untuk konfrontasi lebih lanjut.
Suthep, sewaktu menjadi deputi perdana menteri, pernah memerintahkan tentara untuk mengakhiri demonstrasi. Lebih dari 90 orang terbunuh dan 2.000 luka-luka akibat bentrok ini, demikian Reuters.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014