Tianjin (ANTARA) - Para ilmuwan China mengembangkan katalis yang hemat biaya dan ramah lingkungan untuk produksi propilena, dan temuan tersebut telah dipublikasikan sebagai berita utama di jurnal Science pada hari Jumat.

Katalis ini menunjukkan selektivitas dan stabilitas propilena yang luar biasa, yang dapat mengurangi biaya sebesar 30 hingga 50 persen, serta memastikan konsumsi yang nontoksik dan rendah energi selama persiapan dan penggunaan katalis, ungkap tim peneliti dari Energy and Catalysis Adventure Team di Universitas Tianjin.

Propilena merupakan salah satu bahan kimia yang paling banyak diproduksi secara global dan berfungsi sebagai bahan baku utama dalam pembuatan plastik, karet, serat, dan obat-obatan.

Pada 2023, produksi propilena China melebihi 60 juta ton dan menyumbang sekitar sepertiga dari output global, dengan nilai total melebihi 600 miliar yuan atau sekitar 84,1 miliar dolar AS.

Di antara berbagai teknologi produksi propilena, dehidrogenasi propana (propane dehydrogenation/PDH) lebih dipilih karena efisiensi ekonominya yang tinggi dan ketergantungannya yang lebih kecil pada minyak bumi.

Namun, katalis PDH tradisional sangat bergantung pada platina yang mahal atau kromium oksida yang sangat toksik, sehingga prosesnya memerlukan biaya besar dan merusak lingkungan.

Tim peneliti tersebut mengajukan hipotesis ilmiah yang memanfaatkan oksida murah dan ramah lingkungan untuk berinteraksi secara elektronik dengan logam, sehingga meningkatkan proses katalistik. Berdasarkan hipotesis ini, tim tersebut mengembangkan katalis komposit titanium oksida-nikel.

Para ilmuwan menyempurnakan transfer elektronik antara titanium oksida dan nikel, yang meningkatkan aktivitas katalistik sekaligus menekan reaksi samping, seperti retakan dan pengendapan karbon.

Inovasi ini memberikan pengetahuan tentang katalis propilena generasi berikutnya yang efisien, hemat biaya, dan berkelanjutan, ujar para peneliti.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024