Jakarta (ANTARA) - Kecubung merupakan tanaman yang memiliki bunga besar menjuntai dan bermahkota menyerupai terompet dengan warna yang indah, bahkan kerap dijadikan sebagai tanaman hias. Namun, kecubung terdapat kandungan berbahaya yang bisa memabukkan.

Kecubung juga mempunyai bentuk buah yang unik, berbentuk bulat, hijau berduri berukuran sedang sebesar bola tenis dan dalamnya berisi biji-biji kecil berwarna kuning kecokelatan.

Tanaman kecubung termasuk dalam tanaman beracun yang dapat memberikan efek memabukkan bagi yang mengonsumsinya secara berlebih. Hal ini lantaran semua bagian dari kecubung dianggap beracun dan mengandung senyawa kimia atau alkoid aktif terdiri dari atropine, hiosiamin, skopolamin.

Baca juga: Mengenal tanaman kecubung: ciri hingga kandungannya 

Menurut Kabid Dokkes Polda Kalsel Kombes Pol dr. Muhammad El Yandiko, terdapat kandungan atropin dan skopolamin yang bisa memabukkan pada tanaman kecubung, terutama pada buah dan akar yang paling tinggi kandungannya, yakni 0,4 sampai 0,9 persen disusul daun dan bunga 0,2 sampai 0,3 persen.

Keberadaan antikolinergik bekerja pada sistem saraf pusat sehingga dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung, efek anestesi dan halusinasi yang bisa bertahan selama dua hari.

Keracunan kecubung juga menyebabkan dampak buruk pada sistem saraf pusat, disorientasi, kehilangan memori, ketidakmampuan memproses informasi. Bahkan, kasus keracunan kecubung yang parah juga dapat menyebabkan kejang, koma, hingga kematian.

Pengguna akan kesulitan membedakan antara realita dan delusi yang dialami, kemudian efek ketergantungan menyusul dan akhirnya menyebabkan keracunan jika dikonsumsi berulang.

Efek samping keracunan tanaman kecubung pertama muncul antara satu hingga empat jam setelah konsumsi. Biasanya berupa demam, sakit kepala, mulut kering, rasa haus, rasa tidak nyaman saat melihat cahaya terang, kulit kering, memerah, penglihatan kabur, dan denyut nadi yang cepat dan lemah, dan mengigau.

Baca juga: Manfaat tanaman kecubung untuk kesehatan

Baca juga: Ini efek dan bahaya konsumsi kecubung bagi kesehatan

Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2024