Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Sidharto R. Suryodipuro mengatakan Indonesia masih mengkaji apakah akan bergabung dengan kelompok negara-negara ekonomi berkembang BRICS.
“Indonesia sendiri masih mengkaji mengenai keanggotaan di BRICS. Jadi kalau dikatakan Indonesia menolak (bergabung) itu tidak benar, tetapi Indonesia masih terus mengkaji,” kata Sidharto di Jakarta, Jumat, dalam konferensi pers menjelang Pertemuan ke-57 Menlu ASEAN (AMM) di Jakarta, Jumat.
Ketika dimintai tanggapan soal dua anggota ASEAN, yaitu Thailand dan Malaysia, yang menyatakan ketertarikan untuk bergabung dengan BRICS, dia mengatakan hal itu adalah sesuatu yang lazim.
Pria yang akrab disapa Artho itu menjelaskan bahwa ASEAN merupakan suatu institusi kawasan yang tidak menjadi organisasi supranasional (supranational body).
Oleh karena itu, negara-negara ASEAN tidak memiliki kebijakan luar negeri yang sama (common foreign policy), melainkan adanya mekanisme kawasan untuk mengembangkan kerja sama atas dasar kepentingan bersama.
“Jadi sejak dulunya pun anggota ASEAN itu bebas mengembangkan kerja sama dengan pihak pihak lain. Misalnya di awal berdirinya, ada satu atau lebih anggota ASEAN yang menjadi bagian dari satu sistem aliansi militer,” ujar Sidharto.
Lebih lanjut, Sidharto menegaskan bahwa bergabungnya anggota ASEAN ke kelompok atau aliansi lain tidak akan mempengaruhi atau mengurangi sentralitas ASEAN itu sendiri.
“Ini juga pandangan kita sama. Ruang geografi ASEAN tidak pernah hanya dimonopoli oleh ASEAN saja, tetapi sejak awalnya selalu memfasilitasi berbagai mekanisme yang beroperasi di kawasan Asia Tenggara,” tuturnya.
“Ini tidak langsung terkait dengan BRICS tetapi pendekatan dasar bahwa politik luar negeri masing-masing negara ASEAN itu akan otonomi,” kata Sidharto, menambahkan.
BRICS didirikan sebagai platform kerja sama bagi negara-negara berkembang terbesar, yang menyatukan Brazil, Rusia, India, dan China pada 2009. Kemudian, Afrika Selatan bergabung dengan kelompok tersebut pada 2010.
Rusia tengah menjadi presiden bergilir blok tersebut pada tahun ini, dimulai sejak 1 Januari.
BRICS telah memperluas jangkauan keanggotaannya mencakup Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab.
Sementara Arab Saudi belum meresmikan partisipasinya tetapi telah mengambil bagian dalam pertemuan BRICS.
Rusia mengklaim sebanyak 24 negara sedang mengantri untuk bergabung dengan kelompok BRICS.
Baca juga: Ketua Majelis Tinggi Rusia klaim 24 negara siap bergabung dengan BRICS
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024