Jakarta (ANTARA) - LG Electronics Co. bertujuan mencapai penjualan lebih dari 1 triliun won (sekitar Rp12 triliun) dari bisnis solusi pabrik cerdasnya pada tahun 2030, dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan keahlian manufakturnya.

Tahun ini, raksasa perangkat rumah tangga asal Korea Selatan tersebut memasuki pasar solusi pabrik cerdas, menawarkan teknologi dan layanan untuk mengubah fasilitas manufaktur tradisional menjadi pabrik cerdas yang otomatis dan terdigitalisasi.

LG Electronics menyoroti pengalaman luas dan data yang telah mereka kumpulkan di sektor solusi pabrik cerdas melalui laboratorium penelitian teknologi produksinya, LG Production Engineering Research Institute (PRI).

Laboratorium ini telah mengerjakan proyek-proyek kustomisasi produksi dan pengembangan operasi manufaktur untuk afiliasi LG, termasuk LG Energy Solution dan LG Display Co.

Baca juga: LG dan Hyundai bikin robot "smart home"

Baca juga: LG Electronics manfaatkan AI untuk momentum pertumbuhan baru


Langkah ini adalah bagian dari strategi transformasi digital terbaru perusahaan, yang bertujuan untuk berkembang menjadi perusahaan berbasis platform perangkat lunak di luar fokus tradisionalnya pada perangkat keras.

"Kami telah mengamankan pesanan senilai 200 miliar won (Rp2,3 triliun) dari perusahaan di luar Grup LG sejauh tahun ini, dan angka tersebut diharapkan mencapai 300 miliar won (Rp3,5 triliun) pada akhir tahun," kata presiden LG PRI Jeong Dae-hwa dalam acara pers, seperti dikutip Yonhap, Kamis (18/7) waktu setempat.

"Kami bertujuan untuk memperluas bisnis solusi pabrik cerdas untuk mencapai lebih dari 1 triliun won dalam penjualan pada tahun 2030," tambah dia.

Menurut firma riset pasar Precedence Research, pasar pabrik cerdas global diproyeksikan tumbuh dari 155,6 miliar dolar AS (Rp2,5 kuadriliun) pada tahun 2024 menjadi 268,5 miliar dolar AS pada tahun 2030 (Rp4,35 kuadriliun).

LG Electronics mengatakan bahwa solusi pabrik cerdas mereka memanfaatkan berbagai model AI, termasuk AI multimodal super besar milik perusahaan dan Gemini dari Google, untuk mencari program yang dioptimalkan sesuai kebutuhan dan lini produksi pelanggan.

"Kami menggunakan yang terbaik dan mengusulkan solusi yang lebih baik dengan menggabungkan berbagai teknologi atau memperbaikinya," kata Jeong seraya menambahkan bahwa pihaknya tidak hanya mengandalkan sumber internal.

Perusahaan mengatakan bahwa pelanggannya termasuk perusahaan pembuat baterai sekunder, pembuat suku cadang otomotif, dan perusahaan logistik.

Kebanyakan dari mereka adalah perusahaan Korea yang membangun fasilitas baru atau merenovasi pabrik mereka di Amerika Utara dan Asia. Namun, perusahaan tersebut menolak untuk mengungkapkan nama klien secara spesifik.

LG Electronics mengatakan bahwa mereka berencana mempercepat ekspansi bisnisnya dengan menargetkan industri dengan permintaan pabrik yang meningkat, seperti farmasi, bioteknologi, dan makanan dan minuman.

Pabrik manufaktur LG Electronics di Tennessee, Amerika Serikat, dan Changwon, Korea Selatan, telah diakui oleh World Economic Forum (WEF) dan termasuk dalam jaringan Pabrik Mercusuar (Lighthouse Factory) mereka.

Penunjukan ini menandakan bahwa pabrik-pabrik tersebut telah mengimplementasikan teknologi Revolusi Industri Keempat, termasuk AI dan Internet of Things (IoT), ke dalam operasi manufaktur dan rantai pasokan harian mereka.

Setelah transisi pabrik cerdas di pabrik Changwon, produktivitas meningkat sebesar 17 persen dan efisiensi energi naik sebesar 30 persen, sementara biaya terkait masalah kualitas menurun sebesar 70 persen, kata LG Electronics.

Sekitar 60 fasilitas manufaktur afiliasi Grup LG di 40 negara telah mengadopsi solusi pabrik cerdas LG Electronics, menurut perusahaan tersebut.

Baca juga: LG Electronics dan startup Kanada kerja sama kembangkan chip AI

Baca juga: LG perkenalkan detektor sinar-X digital yang dilengkapi AI

Baca juga: LG ungkap capaian riset "Explainable AI"

 

Penerjemah: Fathur Rochman
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024