Kalau dicermati, keempat komoditas ini berdasarkan literatur tergolong sebagai silika akumulator, atau tanaman yang banyak menyerap kandungan silika
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah mengembangkan pemanfaatan silika biogenik yang berasal dari limbah agroindustri, yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.

Dalam sebuah gelar wicara yang digelar di Jakarta, Jumat, Peneliti Pusat Riset Agroindustri BRIN Hoerudin memaparkan Indonesia memiliki empat komoditas unggulan dalam agroindustri, di antaranya kelapa sawit sebanyak 256,83 juta ton per tahun, padi sebanyak 54,75 juta ton per tahun, tebu sebanyak 32,4 juta ton per tahun, dan jagung sebanyak 23,56 juta ton per tahun.

Baca juga: BRIN-Monash University Australia jajaki kerja sama riset dan inovasi

"Kalau dicermati, keempat komoditas ini berdasarkan literatur tergolong sebagai silika akumulator, atau tanaman yang banyak menyerap kandungan silika," katanya.

Hoerudin menjelaskan, banyaknya jumlah silika biogenik tersebut kian meningkat, seiring dengan bertambahnya jumlah produksi keempat tanaman tersebut.

Salah satu contohnya, ungkap dia, dalam padi yang dipanen sebanyak 5-10 ton per hektare, terdapat sekitar 230-470 kg biosilika yang umumnya berasal dari sekam padi.

"Bila diproses menjadi abu, maka biosilika yang bisa dihasilkan bisa mencapai sekitar 1,92 juta ton per tahun," ujarnya.

Namun sayangnya, kata Hoerudin, selama ini pemanfaatan biosilika belum diperuntukkan menjadi produk yang bernilai ekonomi, karena selama ini sumber biosilika seperti sekam padi hanya dimanfaatkan untuk menjadi bahan bakar pengganti kayu/minyak tanah.

Baca juga: Peneliti BRIN adaptasi cerita rakyat Lampung jadi buku bergambar

Ia mengungkapkan, biosilika dapat dimanfaatkan untuk sejumlah hal, seperti pembuatan pupuk, alas kaki, roda, bahan pangan dan farmasi, semikonduktor, dan berbagai macam cat.

"Data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perdagangan menyebutkan pada 2017 impor silika non biogenik mencapai 56,3 juta Dolar AS, sedangkan pada 2021 meningkat jadi 81,99 juta Dolar AS," ungkapnya.

Untuk itu, Hoerudin menyatakan BRIN kini tengah serius melakukan riset dalam pemanfaatan silika biogenik ini. Saat ini, BRIN telah berhasil menciptakan pupuk yang dibuat dari biosilika, dan telah diuji coba di 22 provinsi di Indonesia.

Ke depannya, kata Hoerudin, BRIN terus melakukan studi terkait limbah agroindustri yang paling berpotensi untuk diubah menjadi biosilika, mengembangkan metode riset, serta melakukan riset soal target aplikasi biosilika yang paling sesuai dengan keadaan Indonesia.

Baca juga: BRIN-UGM lakukan riset senyawa brazilin untuk terapi kanker prostat

Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024