Moskow (ANTARA) - Rusia pada Kamis menolak mengecualikan kemungkinan mengerahkan rudal berhulu ledak nuklir sebagai tanggapan atas keputusan Amerika Serikat (AS) menempatkan rudal jelajah jarak jauh di Jerman.

Wakil Menteri Luar Negeri Sergey Ryabkov kepada wartawan di Moskow mengatakan Rusia akan menanggapi setiap langkah yang diambil AS untuk meningkatkan kemampuan rudal nuklirnya, ketika membahas rencana AS menempatkan rudal jelajah jarak jauh Tomahawk di Jerman mulai 2026.

"Kita harus siap dengan berbagai skenario, termasuk yang negatif," kata Ryabkov.

Saat ditanya apakah Rusia kemungkinan menempatkan rudal berhulu ledak nuklir di beberapa wilayah sebagai langkah penanggulangan, Ryabkov menjawab: "Saya tidak mengesampingkan pilihan itu."

Baca juga: Rusia tidak kesampingkan rudal nuklir setelah ada rudal AS di Jerman

Dia menekankan Rusia akan memutuskan "apa, dimana, dan kapan" untuk mengerahkan rudal tersebut berdasarkan kapasitas keseluruhan negara-negara NATO.

“Ini bukan ancaman bagi siapa pun. Penting untuk menemukan opsi yang paling efektif, termasuk dari segi biaya, untuk menjawab tantangan perubahan,” jelasnya.

Ryabkov juga mengkritik negara-negara Barat karena eskalasi ketegangan. “Ini situasi yang menyedihkan, namun hal ini tidak akan menghalangi kami memenuhi tugas kami untuk menjamin keamanan kami di sepanjang perbatasan Rusia, termasuk zona pertahanan udara,” katanya.

Sebuah pernyataan bersama oleh AS dan Jerman pada 10 Juli lalu menyatakan bahwa penempatan rudal jelajah Tomahawk dan senjata jarak jauh lainnya di Jerman, akan dimulai pada 2026.

Pengerahan senjata jarak jauh tersebut terakhir kali dilakukan AS di Jerman pada 1990-an.

Rusia sebelumnya memberi peringatan bahwa tindakan tersebut dapat memicu "konfrontasi langsung" ala Perang Dingin.

Sumber: Anadolu-OANA

Baca juga: Lokasi penempatan senjata AS di Jerman belum diputuskan
Baca juga: AS tempatkan rudal, warga Jerman cemas risiko perang dengan Rusia

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024