Di masa depan, banyak tugas seperti keputusan perawatan, kontur, perencanaan, dan iradiasi harian akan diambil alih oleh artificial intelligence (AI)
Depok (ANTARA) - Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) menganugerahi gelar Adjunct Professor kepada Prof. Dr. Takahiro Oike, MD, Ph.D, Sp. Onk.Rad, seorang pakar onkologi radiasi berkebangsaan Jepang.

"Prof. Oike adalah seorang ilmuwan terpandang di bidang onkologi-radiasi. Kami tidak hanya memberikan penghargaan kepada Prof. Oike, tetapi penguatan kerja sama antara Indonesia dan Jepang dalam riset dan edukasi. Kerja sama ini tentu akan menjadi wadah untuk pertukaran pengetahuan, ide dan inovasi antar institusi kita," kata Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam dalam keterangannya, Jumat.

Baca juga: Psikolog UI: Perlu inovasi dalam menyelesaikan masalah bangsa

Menurut dia Prof. Oike juga telah memberikan kontribusi signifikan kepada FKUI, khususnya pada Program Studi Spesialis Onkologi Radiasi. Kontribusi yang diberikan berupa bimbingan dan transfer knowledge kepada para staf pengajar dan peserta didik Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Onkologi Radiasi.

Selain itu, ia juga membimbing staf yang sedang menjalani program doktor di Gunma University.

Kemudian, Prof. Oike juga telah banyak membimbing mahasiswa Sp1 Onkologi Radiasi pada modul Onkologi Dasar dan Radiobiologi.

Lalu, ia juga membimbing dan berkolaborasi dalam penyusunan tesis atau disertasi pada Program Studi Sp1 Onkologi Radiasi, Program Doktor Ilmu Biomedik, dan Program Doktor Ilmu Kedokteran FKUI.

Saat ini Prof. Oike bekerja sebagai Associate Professor di Departemen Onkologi Radiasi, Fakultas Kedokteran Gunma University. Kepakarannya meliputi Biologi Kanker, Radiasi, Onkologi, Radioterapi Kanker, dan Radioterapi Partikel Berat Carbon-Ion.

Baca juga: Guru Besar UI: Pencapaian SDGs butuh keseimbangan ekonomi dan ekologi

Ia juga melakukan penelitian terkait genomik kanker dan melihat bagaimana gen diekspresikan dan interaksi antara gen yang berbeda ataupun faktor genetika pada tumor, terutama hubungannya dengan radiasi.

Prof. Oike dalam pidato inaugurasi yang berjudul “Building Indonesia-Japan Alliance in Research and Education for Next Generation Radiation Therapy in Cancer Management”.

Ia menyampaikan terkait tantangan yang dihadapi ahli onkologi radiasi masa kini dalam menghadapi krisis identitas.

Saat ini, ahli onkologi radiasi muda di Jepang menghabiskan banyak waktu di depan layar komputer untuk mendesain terapi radiasi dengan presisi tinggi, sehingga hal ini mengambil porsi terbesar dalam pekerjaan mereka.

"Di masa depan, banyak tugas seperti keputusan perawatan, kontur, perencanaan, dan iradiasi harian akan diambil alih oleh artificial intelligence (AI)," katanya.

Dengan demikian, kita sepantasnya akan mendapatkan banyak waktu untuk kembali berhadapan secara langsung dengan pasien. Kita perlu menemukan kebutuhan yang belum terpenuhi dari penderitaan pasien, membawanya ke laboratorium, dan mengembangkan inovasi-inovasi terbaru di bidang onkologi.

"Masa sekarang ini semata-mata hanyalah fase transisi dalam evolusi cepat radioterapi," ujar Prof. Oike.

Baca juga: Dewan Guru Besar UI: Ketahanan pangan penting untuk kedaulatan negara

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024