Kairo (ANTARA) - Pendapatan tahunan Terusan Suez Mesir turun sekitar 23,4 persen pada tahun fiskal 2023/2024 akibat krisis Laut Merah, demikian disampaikan Ketua Otoritas Terusan Suez (Suez Canal Authority/SCA) Osama Rabie dalam sebuah pernyataan pada Kamis (18/7).

"Pendapatan turun menjadi 7,2 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.129) pada tahun fiskal 2023/2024 yang berakhir pada Juni, dari 9,4 miliar dolar AS setahun sebelumnya," kata Rabie.

Dia menambahkan bahwa jumlah kapal yang melakukan penyeberangan turun menjadi 20.048 pada tahun fiskal 2023/2024, dibandingkan dengan 25.911 pada tahun fiskal 2022/2023.
 
  Dua orang pria melihat sebuah kapal kargo yang melakukan perjalanan di Terusan Suez di Ismailia Governorate, Mesir, pada 13 Juli 2024. (Xinhua/Ahmed Gomaa)    

Rabbie mengaitkan penurunan pendapatan itu dengan tantangan keamanan di Laut Merah, yang menyebabkan banyak pemilik dan operator kapal mengambil rute alternatif.

Dia menekankan bahwa ketegangan yang sedang berlangsung di Laut Merah tidak hanya berdampak pada Terusan Suez, tetapi juga pasar transportasi maritim, pergerakan perdagangan, dan rantai pasokan internasional, karena mengambil rute alternatif berarti menambah waktu pelayaran dan biaya operasi.
 
Sebuah kapal melintasi Terusan Suez di Ismailia Governorate, Mesir, pada 13 Juli 2024. (Xinhua/Ahmed Gomaa)  

Sejak November tahun lalu, kelompok Houthi Yaman menargetkan kapal-kapal di Laut Merah yang diklaimnya terhubung dengan Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina yang menghadapi serangan Israel di Jalur Gaza.

Mengakomodasi 12 persen dari total perdagangan global, Terusan Suez merupakan sumber mata uang asing yang sangat penting bagi Mesir, sebuah negara yang masih bergulat dengan berbagai masalah ekonomi berkepanjangan.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024