Ankara (ANTARA) - Ratusan pengunjukrasa turun ke jalan pada Kamis (18/7) di Paris untuk mendesak Presiden Emmanuel Macron agar mencalonkan perdana menteri (PM) dari aliansi sayap kiri.

Kerumunan berkumpul di dekat Majelis Nasional yang merupakan majelis rendah parlemen Prancis atas seruan serikat pekerja.

Sekitar 50 protes diperkirakan terjadi di seluruh Prancis menurut lembaga penyiaran BFMTV.

Protes tersebut bertujuan untuk menekan Presiden Macron agar mencalonkan perdana menteri sayap kiri sesegera mungkin.

Macron pada Selasa (16/7) menerima pengunduran diri Perdana Menteri Gabriel Attal menyusul hasil pemilu cepat, setelah awalnya menolaknya pada 8 Juli lalu.

Partai politik mengkritik keras Macron karena menolak pengunduran diri Attal, menunda proses, dan menyebabkan ketidakstabilan di negara tersebut.

Baca juga: Presiden Prancis Macron terima pengunduran diri PM Attal

Aliansi sayap kiri New Popular Front (NFP) yang diperkirakan memperoleh kursi terbanyak di Majelis Nasional mulai mencari kandidat untuk diusulkan sebagai perdana menteri segera setelah putaran kedua pada 7 Juli.

Kerja keras pencarian PM tersebut menyebabkan perbedaan pendapat, bahkan perpecahan di dalam NFP yang sedang mencari nama yang kuat untuk diberikan kepada Macron.

New Popular Front dapat memenangkan lebih dari 180 kursi. Aliansi sentris, Together for the Republic, yang didukung oleh Macron, menempati posisi kedua dengan lebih dari 160 kursi, sementara National Rally (RN) yang dipimpin Marine Le Pen memperoleh lebih dari 140 kursi.

Majelis Nasional mempunyai 577 kursi dan tidak satupun dari tiga aliansi utama dapat memenangkan mayoritas mutlak dari 289 anggota parlemen.

Putaran pertama pemilihan parlemen diadakan pada 30 Juni dan 76 kandidat terpilih tanpa putaran kedua.

RN memperoleh 29,26 persen suara saja (37 kursi), angka yang meningkat menjadi lebih dari 33 persen jika digabungkan dengan sekutunya.

NFP mendapat 28,06 persen (32 kursi), diikuti oleh Together for the Republic dengan sedikit di atas 20,04 persen (dua kursi).

Macron membubarkan parlemen dan mengumumkan pemilihan umum lebih awal setelah RN memenangkan lebih dari 31 persen suara dalam pemilihan Parlemen Eropa pada 9 Juni, mengalahkan blok sentrisnya.
 

Sumber : Anadolu-OANA

Baca juga: Aliansi kiri Prancis akan usulkan kandidat PM pekan ini

Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024