Helsinki (ANTARA News) - Indonesia berharap Perancis sudah dapat mengirimkan panser-panser angkut VAB pesanan Indonesia ke Lebanon sebelum akhir September 2006 sehingga pasukan Indonesia dapat langsung menggunakannya untuk menjalankan misi menjaga perdamaian PBB di Lebanon. Harapan tersebut diungkapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Helsinki, Finlandia, Senin, saat bertemu secara bilateral dengan Presiden Perancis Jacques Chirac di sela-sela pelaksanaan KTT ke-6 ASEM pada 10-11 September. Dalam pertemuan tersebut, seperti yang diungkapkan Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal di Helsinki, Presiden Yudhoyono meminta agar Chirac membantu percepatan birokrasi proses pengiriman tank-tank pesanan Indonesia ke Lebanon. Menurut Dino, sebetulnya tidak ada ganjalan dalam hal pemesanan 35 panser oleh Indonesia kepada Perancis kecuali masalah birokrasi yang belum dipercepat. "Sebetulnya hambatannya itu, kalau masalah pembelian barang seperti ini `kan birokrasinya agak lama, tidak seperti beli mobil atau motor, ada dealer langsung bisa beli," kata Dino. "Dan itu yang kita minta dari Perancis agar proses ini dapat dipercepat. Kita ingin begitu pasukan kita mendarat atau dalam waktu yang tidak terlalu lama, peralatan itu sudah langsung bisa dipakai. Karena yang kita butuhkan di sana bukan hanya orang dan senapan, tapi juga peralatan," tambahnya. Seluruh 1.000 personil TNI Kontingen Garuda 23A yang akan dikirimkan untuk bergabung dengan pasukan misi perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) dijadwalkan sudah akan tiba di Lebanon pada akhir September ini. Pengiriman pasukan akan dilakukan dalam dua tahap, yaitu pada 20 September dan 28 September. Sementara itu terhadap permintaan Presiden Yudhoyono agar Perancis memudahkan birokrasi, Chirac menyatakan menyanggupi untuk memenuhinya, demikian diungkapkan Dino Patti Djalal. "Tanggapannya sangat positif dan saya kira sekarang prosesnya sudah `smooth` (lancar)," kata Jubir. Namun Dino belum menyebutkan seberapa cepat Perancis akan mengirimkan panser-panser angkut tersebut ke Lebanon maupun dalam berapa gelombang pengiriman tersebut akan dilakukan. Pasukan UNIFIL yang akan diperkuat oleh 15.000 personil militer dari berbagai negara tersebut akan dipimpin oleh pasukan dari Perancis. Sejalan dengan posisi Perancis tersebut, Dino mengungkapkan bahwa Presiden Chirac dalam pertemuannya dengan Yudhoyono pada Senin menekankan perlunya keseimbangan antara pasukan Eropa dan non-Eropa. Selain tentang misi pasukan perdamaian PBB, dalam pertemuan 30 menit itu kedua pemimpin juga membicarakan berbagai topik lainnya, antara lain tentang perlunya multilateralisme dalam menyelesaikan masalah-masalah global, situasi terakhir di Timor Leste, serta hubungan ekonomi dan investasi Indonesia-Perancis. Pada Senin di sela-sela forum yang sama, Presiden Yudhoyono juga bertemu secara bilateral dengan PM Spanyol Jose Luis Rodriguez Zapatero, yang menyepakati keharusan adanya solusi terhadap konflik di kawasan Timur Tengah. Keduanya mengkhawatirkan jika konflik di Timteng tidak berakhir, hal itu akan membahayakan keamanan internasional serta membuat keresahan di dunia internasional, termasuk dunia Islam. Yudhoyono dan Zapatero dalam kesempatan tersebut saling menjelaskan tentang kesiapan pasukan masing-masing yang akan dikirimkan ke Lebanon untuk bergabung dengan UNIFIL. Presiden RI dan PM Spanyol itu juga membicarakan isu-isu lainnya, termasuk prospek kerjasama ekonomi dan investasi, kesepakatan kerjasama intelijen dan pertukaran informasi dalam memerangi terorisme, serta masalah hubungan antar budaya dan peradaban.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006