Masyarakat di pulau terluar bisa pudar keindonesiaannya karena secara sosioekonomi lebih tergantung pada negara tetangga,"
Balikpapan (ANTARA News) - Peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat Dino Patti Djalal mengatakan pemerintah harus mewaspadai pudarnya nasionalisme bagi masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan.
"Masyarakat di pulau terluar bisa pudar keindonesiaannya karena secara sosioekonomi lebih tergantung pada negara tetangga," kata Dino dalam Debat Bernegara Peserta Konvensi Capres di Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu.
Menurut dia, tidak hanya dari segi keamanan saja yang harus diperkuat di perbatasan, tetapi pemerintah juga perlu memberi perhatian khusus terkait pembangunan sosial dan ekonomi di daerah tersebut.
"Jangan terlalu paradigma keamanan saja, tapi harus diimbangi paradigma ekonominya juga. Harus ada sekolah, toko, parabola, harus ada kegiatan perdagangan, ada televisi, radio," kata mantan dubes RI untuk AS ini.
Dino mengisahkan perjuangan ayahnya, Hasyim Djalal yang selama 30 tahun memperjuangkan luas wilayah Indonesia di PBB. Menurut dia, pada 1945, wilayah Indonesia hanya dua juta km persegi, tetapi saat ini luas wilayah Indonesia meningkat tiga kali lipat menjadi hampir enam juta km persegi.
Dia menambahkan, saat ini sebagian besar wilayah perbatasan Indonesia telah diakui oleh negara-negara tetangga. Meski demikian, dikatakannya, penting untuk menjaga kedaulatan negara dengan memperkuat kebutuhan logistik keamanan yang diperlukan di perbatasan.
"Di perbatasan Kaltim dan Malaysia, hanya ada satu helikopter. Sementara ada satu batalyon di perbatasan Malaysia yang mana di sana pusat komunikasi dan transportasi. Maka itu perkuat logistik, beli empat sampai lima helikopter dan jaga kedaulatan kita di perbatasan," kata dia.
Dino beserta 10 peserta konvensi capres Partai Demokrat menjalani debat di Balikpapan, pada Sabtu (22/2).
Debat berlangsung dalam dua sesi yakni Tim Garuda (Anies Baswedan, Pramono Edhie Wibowo, Irman Gusman dan Dahlan Iskan) dan Tim Rajawali (Endriartono Sutarto, Ali Masykur Musa, Marzuki Alie, Gita Wirjawan, Dino Patti Djalal, Sinyo Harry Sarundajang dan Hayono Isman.(*)
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014