Jakarta (ANTARA News) - Indonesia telah keluar dari situasi sulit ekonomi setelah pemerintah mengeluarkan sejumlah kebijakan yang mendorong beberapa indikator makro berada dalam kecenderungan positif.
Situasi sulit perekonomian beberapa waktu lalu disebabkan oleh fluktuasi ekonomi global dan beberapa faktor domestik, kata Menteri Keuangan M Chatib Basri dalam kuliah umum di Australian National University (ANU) Canberra.
"Defisit neraca pembayaran dan tingkat inflasi berhasil diturunkan, nilai tukar rupiah menunjukkan trend penguatan, sementara pertumbuhan ekonomi tercatat masih cukup tinggi," kata Chatib seperti disampaikan KBRI Canberra melalui siaran persnya, Jumat.
Dalam kuliah umum yang dihadiri lebih dari 200 peserta tersebut, Menkeu RI berbagi pengalaman mengenai pengelolaan ekonomi Indonesia dalam situasi ekonomi global yang tidak menentu.
Terlepas dari capaian tersebut, menurut Menkeu, dalam jangka panjang Indonesia harus lebih serius dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pembangunan infrastruktur, dan reformasi kelembagaan jika ingin bertransfomasi dari negara middle income menjadi negara maju.
Dalam konteks hubungan dengan Australia, Menkeu menyampaikan bahwa kedua negara memiliki potensi yang besar untuk membangun kemitraan ekonomi dan memainkan peran dalam rantai jaringan global.
"Sumber daya manusia, infrastruktur, dan aspek kelembagaan merupakan tiga hal yang harus dilakukan untuk memastikan ekonomi Indonesia terus tumbuh di masa mendatang," katanya.
Kunjungan Menkeu ke Australia kali ini adalah dalam rangka menghadiri pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara anggota G-20 yang diselenggarakan di Sydney 22-23 Februari 2014.
Selama di Canberra, Menkeu Chatib Basri juga berkesempatan bertemu perwakilan mahasiswa Indonesia.
Dalam acara yang diselenggarakan di KBRI tersebut, Menkeu menyampaikan berbagai perkembangan di tanah air dan berdialog mengenai berbagai isu ekonomi terkini.
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014