Jakarta (ANTARA) -
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar memaknai Ritual Bakar Batu di Papua Pegunungan merupakan warisan nenek moyang yang menjadi simbol perdamaian.
 
"Ritual Bakar Batu ini merupakan simbol perdamaian yang sangat membanggakan bagi saya. Saya bangga sebagai bagian dari warga Papua," ujar Gus Halim, sapaan akrab Abdul Halim Iskandar dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Warga Kiliarma Mimika dan personel TNI AD gelar tradisi bakar batu
 
Menurut dia, ritual Bakar Batu menjadi simbol perdamaian, karena dalam kegiatan itu semua pihak dikumpulkan, termasuk korban dan pelaku konflik guna membicarakan inti permasalahan dan mencari solusi.
 
Hal tersebut dia sampaikan usai mengikuti Ritual Bakar Batu di Distrik Walesi, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan pada Rabu (17/7).
 
Di tengah prosesi Bakar Batu itu, Gus Halim menyempatkan diri untuk merekam video blog (vlog) yang menunjukkan partisipasinya dalam kegiatan itu. Dia juga menyapa sahabat desa secara luas saat bersama puluhan warga lokal setempat.
 
"Sahabat desa, saya sedang menyaksikan proses yang sangat menarik dan terkenal di Papua, yaitu Bakar Batu. Di sini, ada bakar daging sapi, ayam, dan singkong. Salam dari Wamena," ucapnya.
 
Gus Halim menuturkan bahwa ritual Bakar Batu sangat menarik dan harus terus dilestarikan agar warisan nenek moyang tidak hilang seiring waktu. Dalam proses Bakar Batu diketahui masyarakat terlibat dengan tugas masing-masing. Ada yang membawa sayur-sayuran, rumput, batu, serta menyiapkan lubang.

Baca juga: Pemprov kenalkan budaya bakar batu di kegiatan Discover Papua

Baca juga: Indonesia Art Movement tampilkan karya upacara bakar batu GIK1Dekade
 
Setelah semua persiapan selesai, termasuk pemotongan daging, warga lalu beramai-ramai melakukan pembakaran secara serentak.
 
Setelah prosesi Bakar Batu, Gus Halim melanjutkan kunjungannya untuk meninjau unit-unit madrasah dan sekolah yang tidak jauh dari lokasi pembakaran batu tersebut.
 
Menutup kunjungan di Distrik Walesi, Gus Halim mengapresiasi masjid dan gereja yang berdiri berdampingan. Ia memuji kerukunan dan keberagaman budaya serta agama warga setempat dan menyebut Walesi sebagai miniatur Indonesia.

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024