Gaza (ANTARA) - Doctors Without Borders mengatakan rumah sakit di Jalur Gaza kekurangan fasilitas dasar yang dapat menyebabkan kematian warga lebih banyak setiap detiknya selama perang masih berlangsung.

Lewat pernyataan Doctors Without Borders menyebutkan bahwa selama sembilan bulan, Jalur Gaza hampir selalu menyaksikan kematian dan trauma psikologis dan tidak ada tempat yang terhindar dari pertumpahan darah.

Organisasi tersebut mencatat bahwa tim medis di Gaza menghadapi tekanan yang amat berat dalam setiap serangan di tengah sistem kesehatan yang kewalahan.

Pihaknya menambahkan, “Tim kami bekerja di seluruh Jalur Gaza untuk memberikan perawatan bantuan hidup dasar bagi mereka yang terluka akibat serangan brutal Israel dan mereka yang juga terpaksa menyelamatkan diri.”

Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Juli ini menyebutkan bahwa sektor kesehatan di Gaza membutuhkan 80.000 liter bahan bakar setiap harinya dan pasokan terakhir yang tiba di Jalur Gaza pada akhir Juni berjumlah antara 195.000 sampai 200.000 liter.

Laporan itu menegaskan bahwa rumah sakit menghadapi krisis bahan bakar yang dapat mengganggu layanan vital dan menyebabkan korban luka meninggal akibat keterlambatan ambulans.

WHO juga memperingatkan peningkatan krisis layanan medis di Jalur Gaza, terlebih mengingat perintah evakuasi oleh Israel di Kota Gaza, yang menghambat pengobatan para korban luka.

Dikatakan bahwa hanya 13 dari 36 rumah sakit di Gaza yang beroperasi sebagian dan terdapat total 11 rumah sakit darurat di Jalur Gaza, dengan tiga di antaranya terpaksa berhenti sementara dan empat lainnya beroperasi sebagian.


Sumber: WAFA

Baca juga: PBB sebut Israel masih larang penyediaan bahan bakar di Gaza
​​​​​​​
Baca juga: Seniman Palestina tuangkan realitas perang di Gaza ke dalam karya seni
Baca juga: PBB: Lima sekolah PBB di Gaza terkena serangan dalam 10 hari terakhir

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024