"Kota lama yang pernah dihuni oleh lebih dari 130.000 jiwa pada tahun 1980-an tersebut kini hanya ditinggali oleh kurang dari 20.000 warga..."
Lanzhou (ANTARA) - Di tepi Gurun Gobi yang luas, terdapat Yumen, kota di China yang telah mengalami banyak perubahan selama puluhan tahun.

Sempat dikenal sebagai "tempat kelahiran industri minyak China", kota itu kemudian mendapat sorotan media sebagai "kota hantu". Saat ini, Yumen bangkit kembali sebagai raksasa energi hijau, dengan deretan panel surya yang berkilauan dan turbin angin yang menjulang tinggi mendominasi lanskap gurun yang luas.

Yumen, kota setingkat wilayah di Provinsi Gansu, China barat laut, merupakan satu dari 69 daerah dengan sumber daya yang menipis yang sedang berupaya melakukan peremajaan di tengah transisi negara itu menuju pembangunan hijau.

Dari Berkembang Pesat Menjadi Terlupakan

Pada masa kejayaannya, nadi kehidupan Yumen berdenyut bersama irama pompa minyak. Ma Jinyue (57), warga yang telah lama tinggal di Yumen, mengenang masa ketika kota itu menjadi pusat perhatian di daerah tersebut. "Kami warga Yumen termasuk dalam kelompok masyarakat pertama di China yang tinggal di apartemen modern dan menikmati film-film Hollywood di bioskop setempat," ujar Ma.

Pada 1957, basis industri perminyakan pertama China didirikan di Yumen, yang merupakan lokasi pengeboran sumur minyak pertama di negara itu pada 1939. Pada puncaknya, ladang minyak Yumen memproduksi sekitar 90 persen dari total output minyak China. Kota itu juga membina generasi pertama ahli perminyakan China, yang nantinya memelopori upaya-upaya di basis perminyakan lainnya.

Namun, pada akhir tahun 1990-an, cadangan minyak Yumen menipis dengan cepat. Meski produksi minyak Yumen tidak pernah berhenti sepenuhnya, banyak bisnis terpaksa ditutup, instansi pemerintah dipindahkan, dan orang-orang meninggalkan kota itu. Ma termasuk di antara mereka yang tetap tinggal, menyaksikan kemunduran yang dialami kampung halamannya.

"Yumen yang Anda temukan di peta saat ini merupakan kota baru, (yang berjarak) 70 km di sebelah barat kota lama yang saya tinggali," tutur Ma.

Kota lama yang pernah dihuni oleh lebih dari 130.000 jiwa pada tahun 1980-an tersebut kini hanya ditinggali oleh kurang dari 20.000 warga. Bangunan-bangunan lama bergaya Soviet di kota itu berdiri sebagai garda pertahanan yang sudah termakan usia, membuat Yumen mendapatkan julukan baru, yakni "kota hantu".

Memanfaatkan Energi Hijau

Terlepas dari segala kemunduran yang terjadi, Yumen kembali bangkit. Pada 2009, usai kota itu ditetapkan sebagai daerah dengan sumber daya yang menipis, Yumen memulai pembangunan pembangkit listrik tenaga bayu berkapasitas 10 juta kilowatt pertama di China.

Diapit oleh dua barisan pegunungan, Yumen memiliki sumber daya angin dan surya yang melimpah serta lahan luas yang tersedia untuk pengembangan energi. Rata-rata kecepatan angin di ketinggian 70 meter mencapai 7,9 meter per detik. Kota itu juga menikmati paparan sinar matahari selama lebih dari 3.300 jam setiap tahunnya.

Sebagai perubahan taktis pada 1997, Yumen membangun salah satu ladang angin pertama di China, sekaligus yang pertama di Gansu, di tengah upaya negara tersebut untuk menggalakkan penggunaan energi terbarukan.

Sejak saat itu, kota tersebut dengan cepat memperluas portofolio energi hijaunya dan kini menjadi rumah bagi berbagai fasilitas tenaga angin, fotovoltaik, termal surya terkonsentrasi, dan produksi hidrogen.

Di salah satu lokasi proyek pembangkit listrik energi baru terbesar di Yumen, para pekerja berada dalam tahap akhir untuk merampungkan sebuah seksi dari pembangkit listrik tenaga termal surya pada akhir tahun ini. Proyek tersebut memiliki sistem tenaga angin, fotovoltaik, dan termal surya terkonsentrasi.

Setelah beroperasi penuh, proyek itu akan menghasilkan 1,76 miliar kilowatt-jam listrik per tahun, mengurangi emisi karbon dioksida sebanyak 1,35 juta ton, urai Zhu Yi, manajer operasional proyek tersebut.

Jumlah itu setara dengan emisi dari sekitar 700.000 penerbangan jarak jauh dengan jarak tempuh masing-masing 10.000 kilometer, imbuh Zhu.

Saat ini, Yumen tidak hanya memenuhi kebutuhan listrik lokalnya, tetapi juga berkolaborasi dengan basis-basis energi baru lainnya di Gansu untuk menyediakan listrik hijau ke 25 daerah setingkat provinsi di seluruh China, menurut State Grid Gansu Electric Power Co., Ltd.

Tidak Terbatas Pada Produksi Energi

Kebangkitan Yumen tidak terbatas pada sektor produksi energi. Kota itu berkembang menjadi pusat manufaktur peralatan energi baru, dengan 13 proyek menggerakkan perekonomiannya. Pada 2023, total nilai output industri tersebut mencapai sekitar 518,73 juta dolar AS.

Menurut Zhu, semua peralatan yang digunakan dalam proyeknya diproduksi di dalam negeri, dengan banyak barang diproduksi secara lokal di Yumen.

Bekas kota perminyakan tersebut juga menemukan kehidupan baru lewat perluasan rantai industri petrokimia. Pada Agustus 2023, proyek produksi hidrogen skala besar diluncurkan di kota Yumen yang lama, diikuti oleh peresmian proyek material baru sebelumnya pada tahun ini.

Di saat Yumen melangkah menuju masa depan hijau, kota itu tetap menghormati warisan industrinya. Sebuah objek wisata nasional telah didirikan untuk melestarikan situs-situs bersejarah di kota itu. Ekskavator dan buldoser dapat ditemukan di jalanan kota lama itu untuk pembaruan infrastruktur, dengan pihak pemerintah melakukan investasi senilai hampir 400 juta yuan sejak 2016.

Chen Yuhong, warga setempat yang pulang ke kota Yumen yang lama usai dua dekade meninggalkan kota itu, baru-baru ini mendampingi teman-temannya dari luar Gansu untuk mengunjungi pompa minyak nodding donkey yang dilestarikan, yang menandai lokasi sumur minyak pertama China. "Saya berharap masyarakat dapat melihat masa lalu dan masa depan kami yang menjanjikan," tuturnya. 

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024