Ini akan menyerap tenaga kerja serta memberikan 'multiplier effect' yang besar
Banda Aceh (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) menyebut Pemerintah Aceh perlu memperkuat sektor industri pengolahan dari setiap produk lapangan usaha, dalam upaya memberi nilai tambah sehingga meningkatkan ekonomi masyarakat.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Aceh Rony Widijarto di Banda Aceh, Rabu, mengatakan potensi pada sektor hulu yang dimiliki Aceh masih dapat dioptimalkan dalam mendorong sektor industri pengolahan sebagai sektor yang aman untuk dibuka serta memiliki daya ungkit.

“Ini akan menyerap tenaga kerja serta memberikan multiplier effect yang besar,” kata Rony.

Hal itu sampaikan Rony dalam Laporan Perekonomian Aceh Mei 2024, sebagai bentuk rekomendasi kebijakan bagi Pemerintah Aceh untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di masa mendatang.

Hingga triwulan I-2024, distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar 31,65 persen, perdagangan sebesar 15,28 persen dan konstruksi 8,32 persen.

Baca juga: BI minta warga Aceh laporkan setiap kendala penggunaan QRIS

Baca juga: BI sebut pembiayaan perbankan di Aceh tumbuh 12,71 persen


Oleh karena itu, menurut Rony, sangat dibutuhkan nilai tambah dari setiap produk lapangan usaha tersebut melalui industri pengolahan guna mempercepat kemajuan ekonomi di provinsi paling barat Indonesia itu.

Tentu, lanjut dia, perlu adanya pemetaan pohon industri dari masing-masing komoditas unggulan serta kajian teknis mengenai potensi dari setiap pohon industri, agar tidak ada lagi produk dari setiap lapangan usaha beralih ke lapangan usaha yang lebih besar dan eceran tanpa melalui proses penambahan nilai atau hilirisasi.

“Hal ini penting agar Provinsi Aceh tidak kehilangan nilai tambah yang seharusnya bisa diciptakan oleh industri pengolahan,” ujarnya.

Salah satunya seperti komoditas beras, yang kerap dipasok dari luar Aceh pada waktu-waktu tertentu untuk kebutuhan masyarakat.

Padahal, Aceh merupakan daerah surplus padi, dengan capaian produksi 1,4 juta ton padi pada 2023, bahkan ditargetkan mencapai 1,7 juta ton padi pada 2024.

Namun, gabah-gabah tersebut umumnya banyak dijual keluar Aceh seperti Sumatera Utara untuk diolah, kemudian setelah menjadi beras dengan kualitas premium maka dijual kembali ke Aceh.

Baca juga: BI Aceh: Pelaku usaha mikro dominasi penggunaan sistem pembayaran QRIS

Baca juga: BI sebut PON XXI di Aceh akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024