jika terlanjur berada sangat dekat dengan pusaran angin tersebut, disarankan untuk diam sejenak sambil menutup mata dan melindungi hidung atau saluran pernapasan hingga pusaran angin hilang
Surabaya (ANTARA) - Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) Septi Eka Wardhani menjelaskan fenomena "tornado" yang terjadi di kawasan lautan pasir Bromo dan sekitar merupakan hal bisa terutama saat musim panas dan kering.
 
"Fenomena ini dikenal dengan nama 'dust devil'. Secara visual tampak seperti pusaran angin mirip seperti tornado yang membawa debu dan pasir, namun dengan ukuran yang relatif lebih kecil dari tornado," kata Septi dalam keterangan diterima di Surabaya, Jawa Timur, Rabu.
 
Fenomena ini pada umumnya terjadi di daerah yang memiliki lapisan pasir dan debu seperti daerah gurun atau padang pasir.
 
Dust devil pada umumnya tidak dianggap berbahaya karena kecepatan angin dari dust devil cenderung lebih rendah daripada tornado.
 
"Namun, apabila berada terlalu dekat dengan dust devil, debu dan pasir yang terangkat oleh angin akan sangat mengganggu," katanya.
 
Meski tidak berbahaya, pihak BB TNBTS menyarankan agar pengunjung untuk menghindari atau menjauh jika melihatnya.
 
"Namun, jika terlanjur berada sangat dekat dengan pusaran angin tersebut, disarankan untuk diam sejenak sambil menutup mata dan melindungi hidung atau saluran pernapasan hingga pusaran angin hilang," ujarnya.

Baca juga: Turis ke Bromo diminta waspadai kebakaran hutan saat kemarau
Baca juga: Penurunan suhu ekstrem di Bromo sebabkan munculnya embun es

Pewarta: Willi Irawan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024