Kita ini kemandiriannya lemah, tetapi kebahagiaannya tinggi. Kita ini miskin tetapi bahagia, dan itu kenyataan
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyatakan bahwa indeks kebahagiaan di Indonesia berdasarkan indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) sudah tinggi meski skor kemandirian masih rendah.
“Kita ini kemandiriannya lemah, tetapi kebahagiaannya tinggi. Kita ini miskin tetapi bahagia, dan itu kenyataan, masih bisa bersyukur, meskipun masih miskin tetapi tidak sedih,” ujar Hasto saat ditemui awak media di Kantor BKKBN, Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan dalam iBangga, skor indeks kebahagiaan tercatat sebesar 72, tetapi skor kemandirian masih di angka 51, sedangkan skor ketenteraman sekitar 56-57.
“Nilai maksimalnya 100, tetapi ini naiknya bertahap, misalnya indeks ketenteraman itu salah satunya (indikator) kalau suami istri menikah secara sah dan ada dokumennya, itu skor kita belum sampai 60 karena perceraian tinggi,” ucapnya.
Sedangkan untuk indeks kemandirian, tingkat perekonomian masyarakat Indonesia rata-rata masih menengah ke bawah, sehingga skornya masih rendah.
Baca juga: BKKBN sebut pentingnya cegah bayi stunting dengan persiapan kehamilan
Baca juga: Kepala BKKBN: Tak perlu takut menikah, banyak manfaat untuk kesehatan
“Kemudian kemandirian, itu jelas angkanya masih 52, karena itu urusan ekonomi, jadi dia dinilai berdasarkan bisa atau tidak mencukupi biaya pendidikan, makan, dan lain sebagainya. Memang seluruh rakyat Indonesia yang menengah ke bawah kan masih banyak,” katanya.
Hasto juga mengungkapkan, indeks kebahagiaan Indonesia cenderung tinggi karena masyarakatnya masih memegang teguh budaya gotong royong dan saling bersosialisasi satu sama lain.
“Kemudian kalau kebahagiaan, memang kita untuk bisa bersosialisasi, gotong royong, berwisata, rekreasi, berkomunikasi, berinteraksi, memang happy kita ini, kalau di kampung itu kan ada gardu untuk ronda ramai-ramai, ketawa-ketawa padahal utangnya banyak, akhirnya terbiasa, jadi indeks kebahagiaannya tinggi,” tuturnya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), metode penghitungan Indeks Kebahagiaan tahun 2017-2021 berbeda dengan metode tahun 2014.
Indeks kebahagiaan tahun 2017-2021 diukur menggunakan tiga dimensi, yakni kepuasan hidup (life satisfaction), perasaan (affect), dan makna hidup (eudaimonia). Sementara metode sebelumnya (2014), indeks kebahagiaan hanya diukur menggunakan satu dimensi yaitu kepuasan hidup.
Berdasarkan data BPS, di tahun 2021, Maluku Utara menjadi provinsi dengan indeks kebahagiaan tertinggi yakni di angka 76,34.
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024