Kerangka besar konsep PMM adalah pengabdian kepada masyarakat. Program ini penting untuk mengondisikan para calon pemimpin bangsa pada situasi tertentu di masyarakat
Malang (ANTARA) - Sebanyak 4.747 mahasiswa berbagai fakultas Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dikirim ke 17 provinsi di Tanah Air untuk menjalani Program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM) selama satu bulan ke depan.
"Kerangka besar konsep PMM adalah pengabdian kepada masyarakat. Program ini penting untuk mengondisikan para calon pemimpin bangsa pada situasi tertentu di masyarakat. Apa yang bisa kita rasakan dan lakukan? Seberapa jauh keterlibatan kita, emosi, maupun perasaan pada kondisi masyarakat saat itu,” kata Rektor UMM Prof Dr Nazaruddin Malik di sela melepas ribuan mahasiswa PMM di Malang, Jawa Timur, Rabu.
Menurut Rektor, memahami permasalahan yang ada di masyarakat lebih kuat dibandingkan dengan pemahaman mengenai kompetensi teknis yang didapat dari perkuliahan. Maka, mahasiswa harus dapat melihat masalah yang terjadi, kemudian bergerak memberikan solusi terbaik.
Program PMM tahun 2024, UMM mengirim 4.747 mahasiswa yang terbagi menjadi 900-an kelompok. Mereka akan melakukan pengabdian di 17 provinsi dan 74 kabupaten dan kota. Program PMM 2024 mengusung tema "Desa Sejahtera dan Mandiri".
Ke-17 provinsi tersebut, di antaranya Provinsi Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua Barat, Kalimantan Tengah, Maluku Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenfah, dan Gorontalo. Sedangkan kabupaten, di antaranya Fakfak, Wakatobi, Lombok Barat, Kota Yogyakarta, Ternate, Kabupaten Seram, Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Seruyan, dan Kabupaten Paser.
Baca juga: Wamenaker apresiasi Program CoE UMM, siapkan lulusan untuk dunia usaha
Baca juga: Mahasiswa UMM-AION Studio wadahi potensi difabel lewat lukis totebag
PMM merupakan program wajib bagi mahasiswa UMM yang dulunya dikenal sebagai kuliah kerja nyata (KKN). Program pengabdian ini pada awalnya diberhentikan sementara karena wabah COVID-19. Setelah COVID-19 mereda, KKN kemudian digantikan oleh PMM dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Sementara itu, Wakil Rektor IV Bidang Riset, Pengabdian, dan Kerja Sama UMM Muhamad Salis Yuniardi menyampaikan makna pengabdian pada program tersebut.
“Mahasiswa yang dilepas ke masyarakat ini harus mengetahui makna dari PMM sendiri itu apa. Mahasiswa harus siap lahir dan batin untuk memberikan kontribusi terbaik ke masyarakat secara langsung,” tambahnya.
Selain itu, mahasiswa PMM juga harus menunjukkan seperti apa figur dari mahasiswa yang menjalani pendidikan tinggi. Selain memberikan kontribusi, mahasiswa juga harus bisa belajar kesederhanaan, gotong royong, kerja keras, dan rasa syukur dari penduduk desa.
"Jangan sampai datang dengan kesombongan bahwa mahasiswa itu paling pintar," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UMM Prof Dr Sutawi berharap para mahasiswa dapat memanfaatkan ilmu yang diperoleh di UMM untuk menyukseskan kegiatan pembangunan di desa.
Selain itu, juga mempelajari kearifan lokal di desa, seperti kerja keras, gotong royong, dan kesederhanaan.
Seperti tagline UMM, yaitu Muhammadiyah untuk Bangsa, mahasiswa yang mengabdikan diri ke masyarakat juga harus seratus persen memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi di masyarakat.
"Mudah-mudahan program ini dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman saudara, sehingga lebih siap setelah lulus dan kembali ke masyarakat,” tegasnya.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024