Jakarta (ANTARA) - Profesor Riset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Heny Herawati memaparkan urgensi teknologi formulasi dan ekstrusi bagi agroindustri di Indonesia.
"Teknologi formulasi dan ekstrusi terbukti dapat merekayasa bahan baku lokal menjadi bahan yang berkarakteristik layaknya beras dan pasta gandum," katanya dalam orasi ilmiah pada Sidang Terbuka Pengukuhan Profesor Riset BRIN di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan pemanfaatan teknologi formulasi dan ekstrusi berkontribusi dalam menjawab permasalahan tingginya kebutuhan beras dan gandum, akibat perubahan pola konsumsi makan yang terjadi pada beberapa tahun terakhir.
Ia mengungkapkan teknologi formulasi dan ekstrusi mampu mengolah bahan baku lokal menjadi produk pangan dan non-pangan, untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing agroindustri, di mana beras dan gandum sumber bahan pangan utama di Indonesia.
"Tantangan peningkatan impor beras dan gandum membutuhkan peran teknologi yang mampu menyubstitusi produk olahan tersebut," ujarnya.
Baca juga: Pemkot Semarang-BRIN kolaborasi kembangkan riset ketahanan pangan
Heny menjelaskan teknologi formulasi dan ekstrusi mampu mengolah bahan baku lokal sehingga memiliki nilai tambah dan daya saing melalui produk berasan dan olahan mi serta pasta gluten free.
Riset dan pengembangan teknik formulasi yang diintegrasikan dengan teknologi ekstrusi, katanya, telah menghasilkan inovasi produk berasan dan olahan pengganti gandum berbahan baku lokal, karena bahan baku yang digunakan tidak lagi terbatas beras dan gandum, tetapi semua potensi bahan baku lokal yang jumlah dan jenisnya melimpah di Indonesia.
"Besarnya potensi bahan baku dan luasnya peluang aplikasi yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai skala industri akan semakin meningkatkan nilai tambah dan daya saing serta ketahanan agroindustri Indonesia," ucapnya.
Untuk itu, ia menegaskan dukungan kebijakan dan peran aktif seluruh pemangku kepentingan, termasuk lembaga penelitian di lingkungan BRIN dan perguruan tinggi, dibutuhkan untuk pengembangan teknologi ini.
"Bonus demografi bagi Indonesia, menjadi peluang pemanfaatan dan pengembangan teknologi formulasi-ekstrusi. Penduduk dengan proporsi usia muda yang lebih banyak menjadi pasar yang sangat besar bagi produk teknologi ini. Preferensi konsumsi kaum muda terhadap makanan yang lebih sehat, beragam, dan bergizi dapat dengan mudah dirancang dan diproduksi secara masif serta cepat," demikian Heny.
Baca juga: BRIN: Indonesia punya 11 varietas padi toleran kekeringan
Baca juga: BRIN kembangkan tiga formulasi produk pangan efektif cegah stunting
Baca juga: BRIN teliti genetik tanaman lokal untuk diversifikasi pangan
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024