Setelah resmi menetapkan pisang Apuy dan bawang putih Nunuk sebagai varietas lokal Majalengka. Dua tanaman ini akan dikembangkan sebagai komoditas unggulan

Majalengka (ANTARA) - Penjabat Bupati Majalengka Dedi Supandi menyebutkan dua tanaman asal daerahnya yakni pisang Apuy dan bawang putih Nunuk sudah ditetapkan sebagai varietas lokal oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (P2VTP2), serta Perizinan Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan).


“Permohonan itu dikabulkan sejak Mei 2024. Sehingga pisang Apuy terdaftar menjadi varietas asal Majalengka di Daftar Umum PVT dengan nomor 045/A.9/05/2024 serta bawang putih Nunuk nomor 048/A.9/05/2024,” kata Dedi di Majalengka, Jawa Barat, Rabu.
Ia menjelaskan, sebelumnya, Fakultas Pertanian Universitas Majalengka (Unma) yang bekerja sama dengan Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkuler (PR-EPS) BRIN telah melakukan penelitian terhadap varietas lokal, salah satunya adalah pisang Apuy.
Setelah dilakukan penelitian, kata dia, tanaman itu kini diakui sebagai varietas lokal yang hanya ditemukan di Majalengka.
“Setelah resmi menetapkan pisang Apuy dan bawang putih Nunuk sebagai varietas lokal Majalengka. Dua tanaman ini akan dikembangkan sebagai komoditas unggulan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Dedi menjelaskan bahwa pisang Apuy berasal dari Kecamatan Argapura. Sedangkan bawang putih Nunuk berasal dari Desa Nunukbaru, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka.
Khusus pisang Apuy, menurut dia, memiliki ciri khas pada ukuran pelepah daunnya yang lebih besar dibandingkan dengan jenis pisang lainnya. Dari segi rasa, pisang ini mempunyai cita rasa manis dengan tekstur daging buahnya lebih lembut.
Selain itu, kulit luar pisang Apuy terasa lebih keras, namun bagian dalamnya sangat lembut dan tidak menimbulkan rasa kesat di tenggorokan saat dimakan.
Ia menyebutkan pisang Apuy hanya tumbuh di wilayah Kecamatan Argapura. Jika ditanam di tempat lain, kualitas dan rasanya akan berbeda.
Dedi menambahkan pisang Apuy akan dikembangkan supaya jumlahnya lebih banyak. Sebab pisang ini kini semakin sulit ditemukan di pasar-pasar tradisional, berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya.
“Penelitian menunjukkan bahwa kondisi geografis Argapura yang berada di dataran tinggi mempengaruhi kualitas buah ini,” katanya.

Baca juga: DLH Majalengka tegur puluhan perusahaan pelanggar lingkungan hidup
Baca juga: Pemkab Majalengka: Retribusi PTKA sudah 20,65 persen hingga Mei 2024
Baca juga: IBA: Pabrik biochar di Majalengka bantu kurangi limbah agrikultur

Pewarta: Fathnur Rohman
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024