Presiden Menilai Generasi Muda Tinggalkan Bahasa Jawa
- Senin, 11 September 2006 17:23 WIB
Semarang (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, dalam perkembangan tatanan kehidupan baru, terutama di kalangan generasi muda, bahasa Jawa mulai ditinggalkan.
"Tidak hanya dalam pergaulan antar-teman, dalam lingkungan keluarga pun mereka menggunakan bahasa Indonesia, bahkan dalam keluarga muda cenderung digunakan bahasa Indonesia," kata Presiden Yudhoyono dalam sambutan tertulis yang dibacakan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Bambang Sudibyo, saat membuka Kongres Bahasa Jawa IV di Semarang, Senin.
Menurut Kepala Negara, ruang gerak dongeng dalam bahasa Jawa pun telah lama ditinggalkan orang, dan untuk itulah bahasa Jawa, termasuk aksara Jawa, perlu terus dikembangkan dan dilestarikan terutama di kalangan generasi muda melalui berbagai cara.
Selain melalui lingkungan keluarga, Presiden mengemukakan, pelestarian itu juga dilakukan melalui sistem pendidikan formal.
Oleh karena itu, Presiden menyatakan, penelitian bahasa Jawa dalam berbagai ranah penggunaannya, termasuk telaah kesejarahannya perlu terus dilakukan untuk memperoleh landasan yang kuat dalam menyusun perencanaan bahasa Jawa.
"Untuk itu, kongres ini saya harapkan dapat merumuskan kebijakan bahasa Jawa secara komprehensif," kata Kepala Negara.
Presiden menyebutkan, bahasa daerah berfungsi sebagai alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat serta sebagai sarana pembentukan kepribadian anak bangsa, lambang identitas dan kebanggaan daerah, sarana pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia, serta pendukung sastra daerah dan sastra Indonesia.
Selain bahasa Indonesia dan bahasa asing, menurut Presiden, di Indonesia terdapat 726 bahasa daerah.
Presiden menekankan, penggunaan ketiga jenis bahasa tersebut saling berpengaruh satu dengan yang lain. Penggunaan bahasa daerah diwarnai oleh bahasa Indonesia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebudayaan modern. Kosa kata bahasa daerah diwarnai kosa kata bahasa asing melalui bahasa Indonesia.
Kepala Negara mengemukakan pula, perlu dilakukan penegasan dan pemantapan kembali kedudukan dan fungsi bahasa daerah dalam kehidupan masyarakat pendukungnya pada tatanan kehidupan baru masa kini. Kenyataan bahasa daerah yang berada di nusantara ini merupakan peta budaya yang sekaligus menjadi batas-batas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Oleh karena itu, penelitian dalam rangka penyusunan peta bahasa daerah di Indonesia menjadi sangat strategis dalam pertahanan wilayah NKRI sebagai negara kepulauan," demikian Presiden Yudhoyono. (*)Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006