Moskow (ANTARA) - Hampir separuh warga Jerman yang disurvei khawatir bahwa penempatan rudal jarak jauh Amerika Serikat di negara mereka akan meningkatkan risiko perang antara NATO dan Rusia, menurut studi yang diterbitkan majalah Stern pada Selasa (16/7).

Survei yang dilakukan oleh lembaga jajak pendapat Forsa menemukan bahwa 47 persen warga Jerman khawatir risiko perang akan meningkat setelah Amerika Serikat mulai mengerahkan rudal jarak jauhnya ke Jerman pada 2026.

Hanya 17 persen warga Jerman yang disurvei yang mengatakan bahwa penempatan rudal tersebut tidak akan meningkatkan risiko perang.

Studi ini menunjukkan bahwa skeptisisme terhadap penempatan itu membuat 90 persen kalangan pendukung parpol Aliansi Sahra Wagenknecht (partai populis sayap kiri di Jerman) menyatakan keprihatinannya.

Sementara 65 persen pendukung parpol Alternatif untuk Jerman (partai populis sayap kanan) menyatakan kekhawatiran serupa. Hanya sepertiga pendukung Partai Hijau yang menyatakan prihatin.

Baca juga: Stoltenberg: NATO tak akan terlibat langsung dalam konflik Ukraina

Sebelumnya, Kanselir Jerman Olaf Scholz di Berlin pada pekan lalu mengatakan bahwa penempatan senjata jarak jauh AS di negara Eropa barat itu tidak akan meningkatkan ketegangan antara Rusia dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Pada 10 Juli, Pentagon mengatakan bahwa AS mulai 2026 akan memulai penempatan sistem jarak jauh secara tidak menentu di Jerman sebagai bagian dari perencanaan penempatan permanen senjata-senjata ini di masa depan.

Persenjataan ini termasuk rudal jenis SM-6, Tomahawk dan pengembangan rudal hipersonik.

Sumber: Sputnik-OANA

Baca juga: Tegaskan dukungan untuk Ukraina, Biden tak akan tunduk pada Putin

Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2024