Labuan Bajo (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga di Labuan Bajo Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk tidak panik dengan perubahan suhu yang dingin beberapa hari terakhir, karena hal itu sebagai fenomena yang wajar terjadi saat musim kemarau. 

"Kenakan pakaian yang nyaman, tetap menjaga kesehatan, karena peralihan suhu dari malam hingga pagi hari yang dingin dan kurangi aktivitas di luar ruangan pada malam atau dini hari," kata Kepala Stasiun Meteorologi Komodo, Maria Patricia Christin Seran dihubungi di Labuan Bajo, Rabu.
 
Ia menambahkan setiap bulan Juni atau Juli masyarakat NTT pasti selalu bertanya mengapa suhu udara terasa lebih dingin dibanding biasanya.

Baca juga: BMKG sebut suhu udara dingin di DIY dipengaruhi Monsoon Australia
 
Suhu dingin ini, lanjut dia, selain dirasakan oleh masyarakat NTT, juga dialami oleh masyarakat yang berada di Jawa bagian selatan, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
 
"Faktor utama penyebab langsung terjadinya suhu dingin pada setiap bulan Juni dan Juli adalah intrusi udara dingin dari wilayah Australia," katanya.
 
Ia menjelaskan saat ini gerak semu matahari masih berada pada belahan bumi utara, sehingga tekanan udara di utara akan lebih rendah dari tekanan di selatan atau Australia.
 
Pada periode monsun Australia ini, kata dia, angin yang bertiup dari Benua Australia membawa massa udara yang umumnya bersifat lebih kering dan lebih dingin, terlebih saat ini di Australia sedang mengalami musim dingin.
 
Hal ini juga didukung oleh faktor rendahnya kandungan uap air di atmosfer. "Uap air ini salah satu fungsinya adalah menyerap panas," ujarnya.
 
Ia menjelaskan berkurangnya uap air pada musim kemarau berdampak pada panas dari permukaan bumi yang dilepaskan pada saat malam hari langsung terlepas ke lapisan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, tidak ada panas yang tersimpan dekat permukaan bumi, maka pada pagi hari udara akan terasa lebih dingin.

Baca juga: BMKG paparkan pemicu suhu udara dingin sebagian besar Pulau Jawa

Baca juga: BMKG: Monsoon Australia akibatkan suhu dingin di DIY
 
Lebih lanjut, ia menjelaskan topografi dan posisi geografis juga mempengaruhi suhu di tempat tersebut. Daerah yang berbukit-bukit, akan memiliki suhu udara atau kondisi iklim yang berbeda dengan daerah yang merupakan dataran terbuka. Tempat yang tinggi akan memiliki suhu yang lebih rendah dari tempat yang lebih rendah.
 
"Kota Ruteng yang topografi lebih tinggi dari Labuan Bajo mencatat suhu minimum dua hari terakhir mencapai delapan derajat Celsius, sementara itu suhu minimum di Labuan Bajo masih berkisar 20-21 derajat Celcius," katanya.
 
Ia mengatakan fenomena suhu dingin ini diperkirakan akan berlangsung hingga Agustus 2024.

Pewarta: Gecio Viana
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024