Jakarta (ANTARA/JACX)- Gangguan informasi seperti disinformasi dan misinformasi diperkirakan akan mengalami kenaikan seiring perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intellegence (AI).

Laporan Global Risks Report 2024 yang diluncurkan World Economic Forum mengidentifikasi misinformasi dan disinformasi akan menjadi ancaman serius pada tahun-tahun yang akan datang. 

Hal itu seiring dengan meningkatnya potensi penyalahgunaan AI dan penyebaran deepfake maupun konten yang dibuat oleh AI yang semakin masif, serta sulitnya membedakan konten mana yang benar dan mana yang salah. Konten-konten buatan AI tersebut dimanfaatkan berbagai pihak untuk tujuan tertentu, contohnya iklan produk kesehatan yang menggunakan teknologi AI untuk sulih suara pada video pesohor atau pejabat di Indonesia, dengan tujuan mengiklankan produknya.

Baca juga: Hoaks! Video sapi laut di Bangkalan Madura

Agar tidak terjebak, masyarakat perlu memiliki pemahaman terkait konten-konten yang diproduksi oleh AI. Konten-konten yang diproduksi oleh AI dapat berupa teks, foto atau gambar, video, dan juga audio. Konten-konten yang dibuat oleh AI sebenarnya dapat dideteksi dengan menggunakan sejumlah aplikasi pendeteksi AI.

Dilansir dari Cybernews, konten teks yang diproduksi oleh AI cenderung menggunakan pilihan kata yang konsisten pada seluruh kalimat, kurangnya sentuhan manusia, serta tidak mampu memberikan contoh yang spesifik pada kasus-kasus tertentu, dan kerap menggunakan kata-kata yang jarang digunakan oleh manusia dalam konteks yang sama.

Sementara, untuk konten foto atau gambar yang diproduksi oleh AI sering kali menggunakan detail yang tidak konsisten seperti jumlah jari manusia yang melebihi normal. AI juga sulit menghasilkan tekstur atau pola yang kompleks, posisi elemen yang tidak sesuai, latar belakang yang tidak konsisten, serta pencahayaan dan bayangan yang tidak konsisten.

Untuk video yang dibuat dengan menggunakan AI, memiliki karaktertistik berikut yaitu gerakan wajah yang aneh bahkan tidak konsisten, gerak bibir dan suara yang tidak sesuai, transisi adegan yang tidak biasa, dan juga kualitas video yang mayoritas sama untk seluruh video.

Baca juga: Pendiri OpenAI ciptakan platform edukasi berbasis AI
 

Pewarta: Tim JACX
Editor: Indriani
Copyright © ANTARA 2024