... Indonesia dapat mengambil banyak pelajaran atas segenap pengalaman Inggris... "
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Inggris sama-sama beresiko tinggi terhadap perubahan iklim global yang kini terjadi.


Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim sekaligus Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), Rachmat Witoelar, mengatakan hal itu, di Jakarta, Kamis.


Pada diskusi perubahan iklim digagas Pusat Perubahan Iklim Indonesia (ICCC) itu, dia menyatakan, Indonesia dapat mengambil banyak pelajaran atas segenap pengalaman Inggris.


Dari sisi Inggris, pengalaman negara kerajaan itu dipaparkan pakar fisika kimia Universitas Cambridge, sekaligus Utusan Khusus Luar Negeri Inggris untuk Perubahan Iklim, Sir David King.

King menyatakan, banjir yang melanda sebagian wilayah akibat Sungai Thames yang meluap sebagai dampak nyata perubahan iklim.

"Dampak terbesar perubahan iklim di Inggris adalah banjir, dan itu sangat nyata dirasakan," kata King.

Pada 11 Februari 2014, luapan Sungai Thames menyebabkan sedikitnya 14 peringatan banjir dikeluarkan di sekitar London.

Beberapa wilayah di London yang terkena dampak luapan air Sungai Thames adalah Berkshire, Surrey dan Sommerset.

Banjir tersebut juga memadamkan listrik yang menurut Asosiasi Jaringan Energi mencapai sedikitnya satu juta bangunan di London selama puncak banjir pekan lalu tersebut.

Sementara itu berdasarkan laporan terakhir BBC pada Minggu (16/2) jaringan listrik masih padam di sedikitnya 30.000 bangunan.

Banjir juga sempat menggenangi beberapa wilayah di Indonesia pada bulan Januari 2014, terutama di sepanjang kawasan utara Pulau Jawa, termasuk di DKI Jakarta yang banjir berkepanjangan.

Selain banjir di Pulau Jawa, di Manado, Sulawesi Utara, juga dilanda banjir bandang pada 15 Januari 2014.

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014