Lahar dingin yang datang sejak Selasa (18/2) itu tidak kalah berbahayanya daripada erupsi pada Kamis (13/2) hingga Jumat (14/2) lalu.

Surabaya (ANTARA News) - Geolog ITS Surabaya, Dr Ir Amien Widodo MSi, menegaskan bahwa lahar dingin dan erupsi (muntahan isi perut gunung) dari Gunung Kelud (1.730 mdpl) di kawasan Kediri-Blitar-Malang, Jawa Timur itu sama-sama berbahaya.

"Selama status Gunung Kelud belum turun dari Awas menjadi Siaga berarti potensi bahaya dari gunung itu masih ada. Lahar dingin yang datang sejak Selasa (18/2) itu tidak kalah berbahayanya daripada erupsi pada Kamis (13/2) hingga Jumat (14/2) lalu," katanya di Surabaya, Rabu.

Oleh karena itu, pakar geologi ITS Surabaya itu mengharapkan warga di sekitar Kelud harus tetap menghindar, kemudian warga yang tinggal di dekat aliran sungai yang berhulu ke Kelud juga harus menyingkir.

"Hingga kini, PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) masih mengingatkan warga di kawasan Kelud dalam radius 10 kilometer tetap harus steril dan warga di aliran sungai yang berhulu ke Kelud juga harus menyingkir," katanya.

Menurut Ketua Pusat Studi Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim (PSKBPI) ITS Surabaya itu, instruksi PVMBG itu harus dipatuhi hingga ada penurunan status Kelud dari Awas menjadi Siaga.

"Selama mereka masih mencatat tingginya tingkat kegempaan, ya Kelud masih berbahaya," katanya.

Berdasarkan pengamatannya, lahar dingin yang berasal dari campuran pasir, air, batu, dan lumpur itu tetap berbahaya, karena material yang sama itulah yang telah memporakporandakan Pacet (Mojokerto) dan Situbondo pada beberapa tahun lalu.

"Saya yakin, saat Kelud meletus itu ada material yang jatuh di puncak dan bila diguyur hujan deras akan bisa turun dan kalau turunnya material itu mirip banjir bandang akan bsa merusak segalanya seperti kereta api menabrak benda apapun tanpa henti," katanya.

Buktinya, lahar dingin Kelud dilaporkan sudah memutus jembatan, merusak tanaman siap panen, bangunan dan infrastruktur lainnya.

"Ibarat banjir bandang, awalnya memang kecil tapi lama kelamaan akan membesar dan sangat erosif (merusak), apalagi kalau membawa batuan besar, sehingga lahar dingin itu bisa sangat mengerikan," katanya.

Selain ditentukan perubahan status gunung dari Awas ke Siaga, ia menambahkan tingkat bahaya Kelud juga sangat ditentukan hujan yang melanda puncak Kelud.

"Selama hujan belum berhenti, berarti lahar di atas masih mungkin turun dan membahayakan siapapun," katanya.

Pewarta: Edy M Ya`kub
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014