Nanchang (ANTARA) - Suara-suara orang bekerja, seperti bertani, bercocok tanam, melebur, dan memompa ubub, berpadu dengan irama seiring para penari dengan penuh sukacita menggambarkan kegembiraan dan kebahagiaan yang didapatkan oleh orang-orang zaman dahulu dari kegiatan-kegiatan tersebut.

Sendratari yang diadaptasi dari karya klasik China tentang ilmu pengetahuan, yang bertajuk "Eksploitasi Karya Alam" ("Tian Gong Kai Wu"), memulai tur nasionalnya pada Jumat (12/7) di Xiamen, Provinsi Fujian, China timur, menghidupkan kembali karya yang sudah berusia hampir 400 tahun itu.

Buku tersebut, yang disusun oleh Song Yingxing, seorang ilmuwan di akhir Dinasti Ming (1368-1644), pertama kali diterbitkan pada 1637 saat masa pemerintahan Kaisar Chongzhen. Buku itu menawarkan ringkasan teknik manufaktur dan pertanian China kuno, yang kemudian diakui sebagai ensiklopedia ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada masa itu.

Dikenal sebagai risalah komprehensif pertama di dunia tentang pertanian dan produksi kerajinan tangan, karya rintisan itu telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Inggris, Jepang, Prancis, Jerman, dan Rusia.

Drama eponim ini, yang diproduksi bersama oleh Kelompok Pertunjukan Budaya Jiangxi dan Akademi Tari Beijing, disutradarai oleh Lu Chuan, seorang sineas China yang dikenal sebagai sutradara film Mountain Patrol dan upacara pembukaan Asian Games Hangzhou.

"Song sangat tertarik dengan kecerdasan dan kreativitas para pekerja," kata Xu Binbin, direktur Song Yingxing Memorial Museum yang terletak di kampung halaman Song, yakni wilayah Fengxin di Provinsi Jiangxi, China timur
 
Para aktor tampil dalam drama tari "The Exploitation of Nature's Works" ("Tian Gong Kai Wu") di Nanchang, Provinsi Jiangxi, China timur, 1 Juni 2024. (Jiangxi Cultural Performance Group/Handout via Xinhua)



"Selama enam kali perjalanannya ke ibu kota untuk mengikuti ujian kekaisaran, atau Keju dalam bahasa Mandarin, dia beberapa kali mengunjungi lahan pertanian dan bengkel di sepanjang jalan, secara cermat mendokumentasikan pengamatannya terhadap keahlian dan teknik pertanian," tutur Xu.

"Drama ini berkisah tentang pencarian Song, menggambarkan perjalanannya untuk mengumpulkan teknik dan peralatan, dengan demikian menekankan keahlian para pekerja China kuno," jelas Lu.

"Tarian yang anggun akan menyuntikkan vitalitas ke dalam ensiklopedia ilmu pengetahuan ini, yang sebelumnya mungkin tampak dingin dan membosankan," imbuh Lu.

Hu Wenjun, yang menyambangi teater setelah selesai bekerja untuk menonton sendratari itu, merasa terpesona oleh koreografi yang spektakuler. "Ini merupakan sebuah upaya baru untuk menampilkan keahlian melalui tarian. Saya merasa tergugah dan bangga dengan budaya tradisional China," kata Hu.

Menurut Xu, keahlian orang China memiliki dampak global yang signifikan lebih dari empat abad yang lalu, mengatalisasi revolusi teknologi dalam industri kerajinan tangan di seantero Asia dan Eropa.

"Sendratari ini melampaui batasan bahasa, sehingga memungkinkan orang-orang dari berbagai usia dan kewarganegaraan, terutama generasi muda, untuk mendapatkan wawasan tentang perkembangan iptek China," ujar Lu.

Pertunjukan ini akan melakukan tur ke berbagai kota, termasuk Beijing, Nanjing, Wuhan, Nanchang, dan Chengdu, hingga Oktober nanti, ungkap produser sendratari tersebut. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024