Jakarta (ANTARA) - Menunda kehamilan terkadang menjadi pilihan beberapa pasangan suami istri karena berbagai alasan. Menunda kehamilan kerap kali menjadi isu yang cukup diperdebatkan. Hal ini lantaran dapat mengganggu kesuburan sehingga sulit untuk kehamilan. Namun, benarkah?

Menunda kehamilan terlalu lama bisa memicu terjadinya penurunan tingkat kesuburan baik pada perempuan maupun laki-laki karena pertambahan usia. Hal ini bisa menurunkan jumlah sel telur dalam ovarium dan membuat kualitas sperma tidak sempurna.

Pada perempuan ketika usianya sudah lebih dari 35 tahun penurunan kesuburan akan lebih cepat. Sedangkan pada laki-laki tingkat kesuburan biasanya mulai berkurang sekitar usia 40 hingga 45 tahun ketika kualitas sperma menurun.

Semakin bertambah usia, semakin sedikit jumlah sel telur perempuan. Secara perlahan, proses penuaan akan menghilangkan sel telur di dalam rahim perempuan. Jadi, semakin tua usia perempuan semakin sulit terjadi ovulasi dan pembuahan.

Perempuan yang memutuskan untuk hamil diusia masa penurunan kesuburan dikhawatirkan dapat menyebabkan berbagai risiko bagi ibu seperti keguguran, komplikasi kesehatan. Bahkan berisiko juga untuk dan calon bayi, seperti mengalami berat badan lahir rendah dan masalah kesehatan tertentu, seperti down syndrome.

Selain itu, penggunaan kontrasepsi IUD untuk menunda kehamilan memiliki risiko kecil terkena infeksi pada rongga panggul. Kurang menjaga kebersihan daerah vagina dapat memudahkan bakteri masuk ke uterus dan berpotensi bersarang pada alat kontrasepsi tersebut yang menyumbat saluran sehingga menghambat sperma mencapai sel telur.

Namun, untuk pasangan suami-istri yang sudah memasuki usia 40 tahun bukan tidak bisa memiliki momongan. Pada dasarnya, selama menerapkan pola hidup sehat dan organ reproduksi dalam kondisi sehat serta berfungsi secara normal, peluang untuk hamil tetap ada dan pentingnya tetap berkonsultasi dengan dokter mengenai program kehamilan.

Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024