Dalam dua pekan ke depan, warga yang mungkin tanpa sengaja menghirup debu vulkanis akibat letusan Gunung Kelud tubuhnya sedang berjuang menetralisir,"Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PB PAPDI) memperingatkan dampak penyakit dalam yang mungkin muncul dari interaksi dengan debu vulkanis letusan Gunung Kelud, Jawa Timur, selama satu-dua pekan ke depan.
"Dalam dua pekan ke depan, warga yang mungkin tanpa sengaja menghirup debu vulkanis akibat letusan Gunung Kelud tubuhnya sedang berjuang menetralisir," kata Wakil Ketua PB PAPDI, dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB di Jakarta, Selasa.
Ari menyebutkan kemungkinan terburuk yang bisa muncul akibat masuknya debu letusan Gunung Kelud ke paru-paru adalah memunculkan dampak peradangan.
"Debu yang masuk ke dalam paru-paru dapat memunculkan peradangan secara medis, dampaknya baru akan terlihat dalam satu-dua pekan ke depan pasca kejadian itu," ujarnya.
"Maka dari itu kami terus melakukan koordinasi dengan kawan-kawan yang melakukan pelayanan di sana, tentang kemungkinan munculnya kasus pneumonia," kata dia menambahkan.
Kasus infeksi saluran pernapasan bagian bawah, seperti pneumonia, lanjutnya merupakan salah satu dampak yang mungkin dimunculkan akibat terpapar debu letusan gunung berapi, mengingat kandungan yang ada di dalam debu tersebut.
Ari menyebutkan rekan-rekannya dari PAPDI cabang Malang, Jawa Timur juga tengah membuka posko pelayanan kesehatan di Kabupaten Batu, bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Syaiful Anwar, Malang.
Selain itu, Ari melanjutkan informasi yang ditemui di posko pengungsian di dekat pelayanan kesehatan PAPDI tersebut sedikitnya 10 persen warga menderita gangguan kesehatan.
"Jadi info terakhir masih ada sekira 700-1000 warga memenuhi posko pengungsian, yang 10 persen di antaranya menderita gangguan kesehatan," ujarnya.
Ari menyarankan bahwa sedikitnya terdapat dua upaya pencegahan utama dan mendasar yang dapat ditempuh untuk menghindari munculnya kasus gangguan kesehatan tersebut.
"Pertama tetap menjaga kebersihan lingkungan, khususnya posko pengungsian yang kerap hanya diperhatikan ala kadarnya," kata dia.
"Kedua, mendatangkan psikolog untuk menjaga kondisi para pengungsi supaya tidak stress atau depresi. Sebab stress dan depresi juga mempengaruhi daya tubuh," ujarnya menambahkan.
Selain itu, dibutuhkan perhatian khusus terhadap suplemen yang dikandung dalam kadar makanan yang dikonsumsi di dapur-dapur umum posko pengungsian. (*)
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014