Batang (ANTARA) - Gempa bumi yang melanda sejumlah desa di wilayah tiga kecamatan Kabupaten Batang, Jawa Tengah, pada Minggu (7/7) berdampak pada banyak hal, seperti kerusakan rumah warga, korban luka, hingga infrastruktur fisik.

Berbagai bantuan kepada korban memang terus mengalir, baik dari Kepolisian Daerah Jawa Tengah, Pemprov Jateng, Pemerintah Kabupaten Batang, Polres Batang, dan sejumlah perusahaan.

Meski demikian, dampak gempa berkekuatan Magnitudo 4,4 tersebut tetap menimbulkan kegelisahan bahkan rasa takut pada anak-anak. Tidak sedikit anak yang menjadi trauma ketika mendengar suara benda yang menimbulkan bunyi keras.

Sebagai upaya pemulihan pascagempa, Kepolisian Daerah Jawa Tengah dan Polres Batang mengerahkan berbagai bantuan, di antaranya pendirian dapur umum, perbaikan rumah, dan trauma healing untuk memulihkan kondisi psikologi masyarakat.

Upaya pemulihan psikologi korban terdampak bencana bisa dilakukan melalui pemberian layanan pertolongan pertama. Pendampingan psikologis ini berlangsung dalam kurun waktu yang variatif dan perlu melihat perkembangan pada tiap-tiap individu.

Seperti halnya yang dilakukan oleh Polda Jateng bersama Polres Batang yang berupaya memulihkan kondisi psikologi anak-anak korban gempa.

Bahkan, Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Irjen Polisi Ahmad Lutfhi menekankan prioritas pemulihan pascagempa, antara lain dengan membangun rumah yang rusak, dan pemulihan atas trauma yang dialami anak-anak.

Untuk penyembuhan trauma pada anak-anak, Polres Batang menerjunkan sejumlah tim konselor yang telah memiliki sertifikat pelatihan dari Polda Jateng maupun Mabes Polri.

Tim konselor ini memiliki tugas memberikan motivasi pada anak-anak agar bisa beraktivitas dan bermain kembali dengan teman-teman dengan rasa gembira.

Dalam proses pemulihan kondisi psikologi ini, tim konselor mengajak anak-anak untuk bermain, tanya jawab, dan pemberian hadiah makanan ringan bagi mereka yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar.

Kegiatan trauma healing tersebut dinilai berpengaruh pada anak-anak agar bisa lupa dari peristiwa gempa yang berdampak pada diri dan keluarganya.

Selain pada anak-anak, tim konselor juga memberikan relaksasi pada orang tua yang menjadi korban gempa agar bisa tenang kembali dengan menyuntikkan pikiran-pikiran yang positif kepada mereka.

Seorang anak bercerita ketika gempa bumi melanda Batang, ia begitu takut karena saat melangkahkan kaki terasa jalan bergelombang.

Bagi Irfan, 11 tahun, gempa yang terjadi pada 7 Juli lalu merupakan pengalaman pertama dalam hidupnya. Oleh karena itu, bocah asal Kecamatan Karangasem, Batang, ini tidak mudah melupakannya.

Banyak hal yang belum diketahui Irfan, juga banyak warga, tentang gempa termasuk bagaimana mitigasi hingga pemulihan pascagempa karena bencana itu memang baru kali pertama dialaminya.


Kembali ceria

Dari ketidaktahuan mereka apa yang terjadi saat itu, tim konselor memberikan penjelasan bahwa bila kelak ada gempa lagi mereka diarahkan agar berlindung ke lokasi yang aman.

Sesaat dalam kegiatan trauma healing itu, tampak anak-anak ceria mengikuti apa yang diarahkan oleh tim konselor. Gelak tawa anak-anak seketika mewarnai arena permainan, sejenak mereka lupa dari rasa ketakutan yang telah dialami sebelumnya.

"Memang ada anak-anak yang tertimpa genting saat gempa sehingga menimbulkan trauma masuk rumah," kata konselor dari Polres Batang Ipda Vina Putri Harinda.

Trauma healing yang dilakukan oleh tim konselor sudah dilakukan di dua lokasi gempa yaitu di Desa Lebo, Kecamatan Warungasem dan Perumahan Ar-Rayyan Kalisalak, Kecamatan Batang.

Dukungan dan motivasi kepada korban gempa juga disampaikan Penjabat Gubernur Jateng Nana Sudjana saat berkunjung ke lokasi gempa di Desa kalisalak, Kecamatan Batang.

Mantan Kapolda Metro Jaya ini berbaur dengan anak-anak korban gempa dan meminta merek tetap bersemangat, bercerita. Nana juga memotivasi mereka dari rasa ketakutan. Anak-anak juga diberikan pertanyaan dan diganjar hadiah berupa uang untuk sekadar beli jajan bakso.

Keceriaan dan semangat anak-anak tampak terlihat. Mereka berusaha mengacungkan jari untuk menjawab pertanyaan yang disodorkan oleh Pj. Gubernur Jateng itu.

Tindakan trauma healing kepada sekitar 40 anak terdampak gempa bumi itu sejauh ini mampu membuat bocah-bocah itu gembira. Berbagai permainan dan hadiah diberikan kepada anak-anak ini. Bukan hanya untuk sekadar menghibur, melainkan juga untuk mengikis rasa takut yang masih menghantui benak mereka.

Suasana yang semula muram perlahan berubah menjadi ceria ketika canda tawa kembali terdengar di antara mereka.

Langkah itu bukan sekadar upaya memulihkan, melainkan juga memberikan harapan bahwa kehidupan akan terus berlanjut. Di tengah kesusahan itu, mereka merasa tidak sendirian dalam menghadapi bencana ini.

Trauma healing menjadi sentuhan kemanusiaan yang membuktikan bahwa solidaritas dan kepedulian masih menjadi kekuatan utama masyarakat.

Tindakan trauma healing akan terus dilakukan oleh tim konselor kepada warga korban gempa apabila masih ditemukan mereka yang merasa ketakutan akibat gempa.

Dari dukungan dan trauma healing ini, warga korban gempa mengaku perlahan pulih dari rasa ketakutan dan kecemasan dari bencana itu. Mereka pun sudah bisa kembali beraktivitas secara normal.


Empat kali gempa

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Banjarnegara merilis sudah terjadi empat kali gempa di wilayah Kabupaten Batang yaitu di antaranya pada Minggu (7/7) dan terakhir Sabtu (13/7).

Pusat gempa berada pada koordinat 6,97 derajat LS dan 109,72 derajat BT, tepatnya di darat pada jarak 6 kilometer arah barat daya Batang dengan kedalaman 5 kilometer.

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif.

"Getaran gempa dirasakan di daerah Batang III MMI, seperti truk yang melintas," kata Kepala BMKG Stasiun Banjarnegara Herry Susanto Wibowo.

Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami. Namun warga diminta tetap meningkatkan kewaspadaan bencana dengan mencari tempa yang lebih aman atau keluar dari rumah saat terjadi gempa.

Editor: Achmad Zaenal M

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024