Seorang polisi meninggal...
Bangkok (ANTARA News) - Baku tembak meletus antara polisi Thailand dan para pengunjuk rasa antipemerintah di Bangkok pada hari Selasa, tiga orang tewas dan lusinan lainnya luka-luka.
Insiden itu terjadi di saat pihak berwenang Thailand melancarkan upaya mereka yang paling keras selama ini untuk membersihkan keberadaan para pengunjuk rasa dari jalanan.
Sementara itu, pada hari yang sama badan antikorupsi Thailand mengumumkan pihaknya telah melayangkan gugatan terhadap Perdana Menteri Yingluck Shinawatra terkait skema subsidi beras yang selama ini mengobarkan penentangan warga kelas menengah terhadap pemerintahan Yingluck.
Dalam perkembangan terkait, Government Savings Bank (GSB) mengatakan pihaknya menarik kembali pinjaman yang telah diberikan kepada bank tani negara, yaitu bank yang mengatur skema subsidi.
Keputusan itu diambil setelah adanya penarikan deposit besar-besaran oleh para nasabah GSB, yang tampaknya ditujukan untuk menggembosi program subsidi pemerintah.
Bentrokan hari Selasa merupakan insiden paling menegangkan yang pernah terjadi selama gelombang terbaru pertikaian politik yang telah berlangsung selama delapan tahun.
Para saksi mata Reuters mengatakan mereka mendengar letusan senjata dan melihat polisi menembakkan senjata di wilayah sekitar Jembatan Phanfa di kota tua di Bangkok.
Polisi mengatakan pihaknya ditembaki oleh seorang penembak jitu dari dari atas gedung di wilayah itu dan granat-granat M-47 juga dilemparkan.
"Seorang polisi meninggal dan 14 lainnya luka-luka," kata kepala kepolisian nasional Adul Saengsingkaew kepada Reuters, "Ia tertembak di bagian kepala."
Para pejabat keamanan mengatakan secara terpisah empat petugas kepolisian mengalami luka-luka terkena pecahan peluru.
Erawan Medical Center, yang memonitor rumah-rumah sakit, mengatakan di lamannya bahwa dua pengunjuk rasa, yang berusia 52 dan 29 tahun, juga tewas.
Pusat medis itu mengatakan 59 orang mengalami luka-luka, namun tidak merinci dari jumlah tersebut berapa anggota kepolisan dan warga sipil yang luka-luka.
Para pejabat keamanan mengatakan sebelumnya bahwa 15.000 personil dikerahkan dalam operasi yang dinamai "Misi Perdamaian untuk Bangkok".
Misi itu dilancarkan untuk merebut kembali lokasi-lokasi yang diduduki para pengunjuk rasa di sekitar Kantor Pemerintah di Bangkok pusat serta kantor-kantor pemerintahan lainnya di bagian utara.
Hingga Selasa sore, polisi telah menarik pasukan dari lokasi-lokasi protes dan suasana di jalanan menjadi sunyi.
Militer Thailand tetap menjauhkan diri dari krisis terbaru itu, namun jika kekerasan meningkat, para jenderal kemungkinan akan merasa harus melakukan campur tangan --dan bisa jadi mencopot pemerintahan.
Para pengunjuk rasa berupaya menggulingkan Yingluck, yang mereka anggap menjalankan kekuasaan mewakili kakaknya, mantan perdana menteri Thanksin Shinawatra.
Thaksin digulingkan dari jabatannya sebagai perdana menteri melalui kudeta militer tahun 2006.
Di antara keberatan yang mereka ajukan adalah soal skema subsidi beras, yaitu langkah untuk membayar para petani di atas harga pasar yang terbukti sangat mahal dan masuk ke masalah pendanaan.
Komisi AntiKorupsi Nasional bulan lalu mengumumkan akan melakukan penyelidikan terhadap kasus tersebut.
Pada Selasa, Komisi mengatakan pihaknya memanggil Yingluck untuk mendengarkan tuduhan-tuduhan yang dikenakan terhadapnya pada tanggal 27 Februari.
(T008)
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014