Palu (ANTARA News) - Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL) telah membangun penangkaran tarsius, salah satu satwa langka dan endemik Sulawesi di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
"Lokasinya terletak di areal hutan lindung di Desa Kamarora, Kecamatan Nokilalaki, Kabupaten Sigi," kata Kepala Bidang Teknis Konservasi BBTNLL Ahmad Yani di Palu, Selasa.
Ia mengatakan penangkaran itu sebatas uji coba dan belum membuahkan hasil.
Ia mengatakan sudah ada beberapa tarsius yang ditangkarkan tetapi belum melalui siklus perkawinan hasil tangkaran.
Karena tarsius yang ada di lokasi penangkaran sudah hamil sebelum ditangkarkan.
"Jadi masih perkawinan di luar penangkaran," katanya.
Sejauh ini, kata Ahmad Yani, petugas BBTNLL masih terkosentrasi pada pengamatan prilaku dan juga siklus perkawinan tarsius.
"Petugas kami yang ditempatkan di lokasi penangkaran baru sebatas mengamati prilaku dan siklus perkawinannya," kata dia.
Satwa langka endemik Sulawesi itu selama ini hidup dan berkembangbiak di pohon beringin dan bambu hutan.
Pohon beringin merupakan tempat tarsius tinggal dan berkembangbiak.
Sementara pohon bambu merupakan tempat binatang itu bermain.
Areal yang menjadi tempat penangkaran tarsius di Desa Kamarora banyak ditumbuhi pohon beringin dan bambu.
Tarsius, salah satu satwa yang juga banyak diburu masyarakat untuk dikonsumsi karena dagingnya cukup enak.
Menjawab pertanyaan, Ahmat Yani mengaku belum mengetahui tingkat populasi tarsius.
Tarsius merupakan primata terkecil di dunia dengan ukuran hanya sebesar genggaman tangan (10 cm).
Hewan ini termasuk hewan nokturnal yang tidur di siang hari dan hanya keluar di malam hari saja.
Hewan itu memiliki rambut yang berwarna coklat dan bola mata yang besar dan bulat.
Jari-jari kaki dan tangannya berukuran panjang untuk menggenggam tangkai atau ranting pohon.
Ekornya sangat panjang dan tidak berambut, kecuali pada ujung ekornya saja.
Pewarta: Anas Masa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014