Pembobolan tersebut mencakup panggilan dan pesan teks yang dilakukan dari 1 Mei hingga 31 Oktober 2022, serta Januari lalu, kata AT&T, sebuah perusahaan telekomunikasi multinasional yang berbasis di Dallas, Negara Bagian Texas, Amerika Serikat (AS).
Data yang dicuri meliputi nomor pelanggan dan durasi panggilan, tetapi bukan isi komunikasinya, imbuhnya.
AT&T mengatakan bahwa catatan tersebut tidak tersedia untuk umum, dan perusahaan "telah mengambil langkah-langkah keamanan siber tambahan ... termasuk menutup titik akses yang melanggar hukum."
Total perangkat yang terhubung di jaringan AT&T meningkat menjadi 127 juta pada akhir 2023, termasuk sekitar 87 juta pelanggan nirkabel pascabayar, menurut laporan tahunan perusahaan pada 2023.
Pewarta: Xinhua
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024