"Secara umum kondisi pasokan dan ketersediaan bahan pokok di tiga Provinsi Jawa Timur, D.I Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terkena dampak letusan masih dalam keadaan cukup. Yang perlu diperhatikan adalah pasokan ke depan karena sumber pasokan bahan pangan pokok, khususnya produk hortikultura yang berasal dari beberapa daerah di Jawa Timur mulai berkurang," kata Mendag melalui siaran pers di Jakarta, Senin.
Dia menyampaikan berdasarkan pantauan Kemendag, distribusi di Jawa Timur secara umum masih lancar dan jalur transportasi Malang-Kediri dan Malang-Blitar mulai 15 Februari 2014 juga sudah dibuka kembali.
"Ketersediaan bahan pangan pokok di Jawa Timur cukup, kecuali untuk komoditas hortikultura (cabedan sayuran daun seperti kol dan kubis) pasokan di Pasar Induk Oso Wilangun turun sekitar 50 persen, di mana pasokan normal biasanya sekitar 20 ton per hari, saat ini hanya mencapai 10 ton per hari," ujar dia.
Sedangkan khusus komoditas cabai, beberapa daerah sentra utama hortikultura di Jawa Timur yaituBlitar, Kediri, Malang, dan Nganjuk gagal panen karena debu vulkanik Gunung Kelud, dan berpotensi berkurangnya pasokan ke pasar lokal, antarkota (DKI Jakarta, Banten), dan antarpulau (Ambon dan Papua).
”Untuk komoditas bawang merah, produksi bawang merah khusus untuk Nganjuk sebagai daerahsentra yang terkena paparan abu vulkanik erupsi Gunung Kelud, diperkirakan akan mengurangipasokan 12 persen dari produksi nasional. Mengingat Nganjuk memberikan kontribusi produksi sebesar 12 persen terhadap produksi nasional," kata Mendag.
Berdasarkan data Kemendag, pasokan cabai dan bawang ke Pasar Induk Kramat Jati pada 14 Februari 2014 masing-masing masihnormal.
Pasokan cabai mencapai 162 ton, sedangkan pada kondisi normal 150 ton per hari. Untuk bawang merah tercatat 98 ton, sedangkan pada kondisi normal 100 ton per hari.
Kemendag juga menyampaikan kondisi pasar yang berada dekat dengan lokasi letusan yaitu di Kota Kediri (Pasar Setono Betek, Pasar Bandar, dan Pasar Pahing), Kota Blitar (Pasar Sutojayan dan Pasar Wlingi) dan Kota Malang (Pasar Dinoyo, Pasar Blimbing, Pasar Tawangmangu, Pasar Oro-Oro Dowo, dan Pasar Klojen) terkena abu vulkanik, tetapi tidak ada yang mengalami kerusakan. "Kondisi saat ini sudah mulai dibersihkan dan beraktivitas kembali, namun pengunjung pasar masih sepi," ujar dia.
Kondisi serupa juga terjadi di pasar yang berada di Propinsi D.I Yogyakarta (Kab. Gunung Kidul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo, dan Kota Yogyakarta) dan Propinsi Jawa Tengah (Kabupaten Purworejo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Sragen, Kota Surakarta, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Karanganyar) pasar tersebut sudah mulai beroperasi, namun pembelinya masih sedikit.
“Kami telah menugaskan staf ke lapangan untuk mengetahui lebih jauh apa yang bisa dibantu kepada pedagang pasar tradisional. Sejauh ini mereka memerlukan masker dan peralatan pembersih pasar agar pasar dapat segera beroperasi kembali. Kabupaten yang membutuhkan bantuan tenda jualan sebagai pasar darurat akan segera kami bantu," kata dia.
Kemendag menurutnya, akan terus melakukan pemantauan dan koordinasi dengan lembaga/instansi terkait guna mendukung kelancaran logistik bahan pangan pokok ke titik bencana/masyarakat yangterkena bencana.
Dia menyampaikan berdasarkan pantauan Kemendag, distribusi di Jawa Timur secara umum masih lancar dan jalur transportasi Malang-Kediri dan Malang-Blitar mulai 15 Februari 2014 juga sudah dibuka kembali.
"Ketersediaan bahan pangan pokok di Jawa Timur cukup, kecuali untuk komoditas hortikultura (cabedan sayuran daun seperti kol dan kubis) pasokan di Pasar Induk Oso Wilangun turun sekitar 50 persen, di mana pasokan normal biasanya sekitar 20 ton per hari, saat ini hanya mencapai 10 ton per hari," ujar dia.
Sedangkan khusus komoditas cabai, beberapa daerah sentra utama hortikultura di Jawa Timur yaituBlitar, Kediri, Malang, dan Nganjuk gagal panen karena debu vulkanik Gunung Kelud, dan berpotensi berkurangnya pasokan ke pasar lokal, antarkota (DKI Jakarta, Banten), dan antarpulau (Ambon dan Papua).
”Untuk komoditas bawang merah, produksi bawang merah khusus untuk Nganjuk sebagai daerahsentra yang terkena paparan abu vulkanik erupsi Gunung Kelud, diperkirakan akan mengurangipasokan 12 persen dari produksi nasional. Mengingat Nganjuk memberikan kontribusi produksi sebesar 12 persen terhadap produksi nasional," kata Mendag.
Berdasarkan data Kemendag, pasokan cabai dan bawang ke Pasar Induk Kramat Jati pada 14 Februari 2014 masing-masing masihnormal.
Pasokan cabai mencapai 162 ton, sedangkan pada kondisi normal 150 ton per hari. Untuk bawang merah tercatat 98 ton, sedangkan pada kondisi normal 100 ton per hari.
Kemendag juga menyampaikan kondisi pasar yang berada dekat dengan lokasi letusan yaitu di Kota Kediri (Pasar Setono Betek, Pasar Bandar, dan Pasar Pahing), Kota Blitar (Pasar Sutojayan dan Pasar Wlingi) dan Kota Malang (Pasar Dinoyo, Pasar Blimbing, Pasar Tawangmangu, Pasar Oro-Oro Dowo, dan Pasar Klojen) terkena abu vulkanik, tetapi tidak ada yang mengalami kerusakan. "Kondisi saat ini sudah mulai dibersihkan dan beraktivitas kembali, namun pengunjung pasar masih sepi," ujar dia.
Kondisi serupa juga terjadi di pasar yang berada di Propinsi D.I Yogyakarta (Kab. Gunung Kidul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo, dan Kota Yogyakarta) dan Propinsi Jawa Tengah (Kabupaten Purworejo, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Sragen, Kota Surakarta, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Karanganyar) pasar tersebut sudah mulai beroperasi, namun pembelinya masih sedikit.
“Kami telah menugaskan staf ke lapangan untuk mengetahui lebih jauh apa yang bisa dibantu kepada pedagang pasar tradisional. Sejauh ini mereka memerlukan masker dan peralatan pembersih pasar agar pasar dapat segera beroperasi kembali. Kabupaten yang membutuhkan bantuan tenda jualan sebagai pasar darurat akan segera kami bantu," kata dia.
Kemendag menurutnya, akan terus melakukan pemantauan dan koordinasi dengan lembaga/instansi terkait guna mendukung kelancaran logistik bahan pangan pokok ke titik bencana/masyarakat yangterkena bencana.
Pewarta: Rangga
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014