Jakarta (ANTARA) - Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri berkoordinasi dengan Kepolisian China untuk mencegah pengiriman bahan-bahan kimia ke Indonesia yang peruntukannya digunakan untuk memproduksi narkoba.
Dari 5 pengungkapan kasus laboratorium narkoba rahasia atau clandestine laboratory di Indonesia, para pelaku menggunakan modus mengirim bahan kimia dari China lalu diolah menjadi prekursor untuk bahan pembuatan sabu dan ekstasi.
"Kami sudah ada omongan dengan pihak China, bahwa banyak sekali barang kimia dari China yang masuk ke Indonesia," kata Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri Brigjen Pol. Mukti Juharsa dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.
Jenderal polisi bintang satu itu menjelaskan Bareskrim Polri menerima kunjungan Kepolisian China sekitar dua bulan yang lalu di Bareskrim Polri.
Dalam pertemuan itu, China juga membahas terkait penyelundupan narkoba. Juga meminta daftar bahan-bahan kimia yang diekspor dari China.
"Polri sudah melalui hubungan dengan Kedutaan China untuk mengirimkan data-data perusahaan yang suka mengirimkan ke Indonesia untuk barang-barang kimia ini," kata Mukti.
Sepanjang 2024 ini, Bareskrim Polri mengungkap 5 kasus clandestine laboraty di Indonesia, yakni di Semarang, Sunter-Jakarta Utara, Bali, Sumatera Utara dan Malang-Jawa Timur.
Pola mendirikan clandestinl lab merupakan modus operandi yang marak terjadi di era tahun 2002.
Namun, karena sering dilakukan penggerebekan, pelaku menggunakan modus pengiriman narkoba lewat laut, udara dan jalan darat.
Belakangan, modus kirim narkoba sudah terbaca oleh aparat penegak hukum, hingga kini pelaku narkoba kembali menggunakan modus lama lewat pendirian clandestine, dengan cara berbeda, yakni mengirim bahan kimia masuk ke Indonesia.
Mukti menyebut penindakan terhadap clandestine lab ini sudah banyak dilakukan oleh jajaran Polri, baik di tingkat Bareskrim Polri, maupun polda jajaran.
Seperti pengungkapan laboratorium narkoba rahasia di Semarang,Jawa Tengah, ada tiga pabrik narkoba yang digerebek pada April 2024 lalu. Memproduksi sabu dan happy water.
Masih di bulan April, Bareskrim Polri menggerebek pabrik narkoba milik jaringan Fredy Pratama yang mampu memproduksi ekstasi mencapai 300 ribu per bulan.
Selanjutnya bulan Mei, Bareskrim menggerebek laboratorium narkoba rahasia di wilayah Bali, yang dikendalikan oleh dua warga negara asing asal Ukraina.
Pertengahan Juni, Bareskrim kembali menggerebek keberadaan clandestine lab yang dijalankan oleh pasangan suami istri di Sumatera Utara, mampu memproduksi 314 ribu butir ekstasi per bulannya.
Yang terbaru, tujuh hari yang lalu diungkap penggerebekan pabrik narkoba terbesar se-Indonesia di daerah Malang. Memproduksi ganja sintetis, barang bukti yang diamankan 1,2 ton ganja sintetis siap edar dan bahan baku setara 2 ton yang siap diproduksi.
Baca juga: Polri sebut WNA China tipu 800 WNI diimingi pekerjaan
Baca juga: Polri musnahkan barang bukti 244 ribu gram sabu kemasan teh China
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2024