Blitar (ANTARA News) - Hujan disertai kilat yang terus menyambar di atas lagit puncak Gunung Kelud pada Senin sore terlihat jelas dari beberapa wilayah di Kabupaten Blitar, Jawa Timur sehingga menimbulkan kekhawatiran sebagian besar warga setempat.
Antara di Kabupaten Blitar melaporkan, kepanikan sempat terlihat di sekitar Kecamatan Nglegok, Kota Blitar, maupun daerah Kecamatan Talun serta Wlingi.
Selain melihat langsung kilat yang terus menyambar di atas puncak Gunung Kelud, kabar hujan kilat juga menyebar dari sejumlah media sosial seperti blackberry massanger (bbm) dan whatsapp.
"Pemandangannya sama persis seperti saat Gunung Kelud meletus," seru Edwianna, salah seorang warga Kota Blitar dengan nada panik. Kekhawatiran sempat muncul karena sebagian warga mengira Gunung Kelud kembali meletus.
Namun hal itu segera diklarifikasi juru bicara Pemkab Tulungagung, Jhony Riyanto yang menjelaskan fenomena itu terjadi lantaran di sekitar puncak Gunung Kelud sedang hujan deras.
Menurut penjelasan Jhony, masih banyaknya awan di atas puncak Gunung Kelud serta asap yang membubung tinggi dari kawah gunung berapi teraktif di Pulau Jawa itu menyebabkan petir terus menyambar laiknya terjadi pada saat letusan.
"Jadi sekarang terjadi hujan lebat di puncak Gunung Kelud dan di sana masih banyak awan, sehingga muncul kilat, itu bukan erupsi," kata Jhoni Riyanto.
Ia mengimbau masyarakat untuk tidak resah dengan fenomena tersebut, namun tetap mewaspadai kemungkinan lahar dingin, terutama bagi masyarakat yang tinggal di dekat sungai aliran lahar.
Sementara, Kapolres Blitar, AKBP Indarto memastikan 10 desa di tiga kecamatan yang berada di radius 10 kilometer dari puncak Gunung Kelud saat ini telah dikosongkan dari penduduk.
Hal itu dilakukan mengacu pada prosedur standar dan ketetapan pengamanan warga di zona bahaya radius 10 kilometer dari Puncak Gunung Kelud, karena gunung api yang berada di antara wilayah Blitar, Kediri dan Malang ini masih berstatus AWAS.
"Seterilisasi terutama kami lakukan untuk wilayah-wilayah yang berada di sekitar sungai aliran lahar dingin," jelasnya. (*)
Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014