Jakarta (ANTARA) - Madinah Al Munawarah ibarat kota yang tak pernah selesai. Ia terus tumbuh berkembang mengikuti gerak dan irama zaman.

Dari Yastrib tempat hijrah nabi yang semula berupa gurun pasir dengan spot-spot kebun kurma, Madinah bersalin rupa menjadi kota metropolis yang juga menjadi kota ziarah bagi segala bangsa.

Jantung Kota Madinah berupa Masjid Nabawi juga terus membesar untuk menampung para peziarah yang setiap tahun bertambah.

Dampaknya bangunan di sekeliling masjid harus rela dihancurkan menjadi kawasan masjid. Bangunan termasuk hotel seperti terus hilang lalu tumbuh berganti dan meluas.

Wajah Madinah seperti ungkapan pada bait-bait puisi Muhammad Iqbal dari Pakistan yang begitu terkenal.

Penggalan puisi berjudul Tuhan dan Manusia itu terjemahan bebasnya seperti di bawah ini:

"Engkau ciptakan malam, aku membuat pelita yang menerangi. Engkau ciptakan tanah liat, aku membuat tembikar untuk minuman. Engkau ciptakan hutan liar, gunung, dan padang rerumputan, aku membuat kebun, taman, jalan, dan penggembalaan."

Kini Kota Madinah pun memiliki program menghijaukan kota. Pelataran di depan hotel-hotel yang merupakan pedestrian atau jalur pejalan kaki disulap untuk menjadi taman-taman nan indah.

Tentu biayanya mahal dibandingkan membuat taman di daerah tropis. Sebagian titik-titik pedestrian digali lalu diisi tanah. Bangsa Arab seperti menanam tanaman dalam pot-pot raksasa.

Menurut Maria Fauzi, petugas haji Indonesia yang merupakan alumni Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, tanah-tanah tersebut sebagian besar berasal dari wadi atau lembah di seputaran Madinah-Mekkah. Setelah diisi tanah, beragam tanaman asli gurun dan tropis lalu ditanam untuk menghijaukan kota.

Salah satu tanaman penaung yang ditanam adalah mimba Azadirachta indica. Tanaman asal India yang juga banyak tumbuh liar di Indonesia itu memang bandel sehingga dapat tumbuh di tanah kering dan tandus.

Sementara salah satu tanaman penutup tanah yang ditanam adalah kipait Tithonia diversifolia asal Meksiko yang juga menyebar hingga Indonesia.

Tithonia mampu tumbuh di lahan kering dan gersang dengan menghasilkan biomassa yang tinggi sehingga daun tua dan keringnya menjadi sumber bahan organik tanah yang melimpah.

Kipait bahkan dapat tumbuh di tanah yang mengandung logam berat tanpa keracunan. Di tanah air kipait bahkan menjadi sumber pupuk organik padat dan cair yang juga kaya fitohormon. Pada tanah yang lebih subur beragam rumput juga ditanam untuk memanjakan mata.

Tanaman tersebut diimpor dari berbagai negara untuk menghijaukan kota. Perawatan tanaman seperti irigasi menggunakan pipa dan selang yang menyala otomatis setiap pagi dan sore serta sesuai kebutuhan.

Air irigasi mengalir hingga permukaan tanah tergenang karena laju penguapan yang tinggi. Dalam beberapa saat saja air meresap dan menguap sehingga tanah cepat kering.

Bagi jamaah haji dan umrah Indonesia, maraknya pembangunan taman itu dapat dinikmati di samping Masjid Ghamamah yang berada sekitar 300 m arah Barat Daya Pintu As-Salam Masjid Nabawi.

Masjid Ghamamah adalah masjid yang berdiri di lokasi tanah lapang yang dipercaya menjadi tempat Nabi Muhammad salat Idul Fitri, Idul Adha, dan Istisqa untuk meminta hujan dulu kala.

Masjid ini merupakan salah satu masjid peninggalan bersejarah di kota Madinah. Di pelataran masjid ini kini ada food cort dengan taman-taman baru yang menjadi tempat istirahat jamaah haji Indonesia di malam hari kala udara telah sejuk.

Jajanan makanan siap saji seperti Kentucky Fried Chicken (KFC), hingga jus buah tropis, es krim, dan nasi India dapat dinikmati di seputaran area tersebut.

Taman-taman baru juga dibangun di sepanjang rute Masjid Nabawi dengan Masjid Quba. Masjid itu masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah di Madinah pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi. Lokasinya sekitar 3,1 km ke arah Tenggara dari Masjid Nabawi.

Suasana mulai tampak asri menghijau begitu melewati rute awal yang dilalui dengan mobil listrik berbiaya 10 SAR sekali jalan.

Pemerintah membangun pedestrian di sepanjang rute Nabawi-Quba sekaligus membangun instalasi irigasi untuk taman. Begitu mendekat ke Masjid Quba sisa-sisa area pertanian masih terlihat berupa hamparan kebun kurma tua yang sosoknya sekilas mirip hamparan sawit.

Menurut Eriyanto Sarjo, petugas haji Indonesia, wajah tata ruang bangunan dan taman di sepanjang rute Masjid Nabawi-Masjid Quba berubah drastis dibanding pada 2022 saat dirinya juga menjadi petugas haji.

Pertumbuhan Kota Madinah dengan Masjid Nabawi yang meluas dan suasana yang semakin hijau dapat disaksikan juga secara virtual melalui Google Earth Pro dengan mengaktifkan menu time series.

Tampak penghijauan kota semakin masif dalam setahun terakhir. Pemerintah terus berbenah menjadikan Madinah tidak hanya tujuan ibadah di musim haji saja, tetapi lokasi wisata religius yang nyaman dan asri di sepanjang tahun.

Media-media Arab bahkan menyebut upaya penghijauan adalah bagian dari usaha serius pemerintah membangun kota berkelanjutan (sustainability) dan mencegah penggurunan (desertification). Isu keberlanjutan serta pertumbuhan kota ternyata menjadi perhatian besar bagi negara-negara gurun saat ini.

Kota Madinah, memang telah ditakdirkan Tuhan menjadi kota suci tujuan ziarah umat manusia dari segala penjuru negeri. Namun, seperti bait puisi dari penyair Pakistan Muhammad Iqbal.

Manusia dengan imajinasi dan teknologinya menjadi co-creator alias partner Tuhan dalam berkarya untuk menjadikan wajah Madinah semakin indah dan nyaman.


*) Penulis adalah Anggota Majelis Amanah DPP GEMA Mathla'ul Anwar; PPIH Arab Saudi 2024.

Copyright © ANTARA 2024