Washington (ANTARA) - Deklarasi bersama terbaru Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berfungsi sebagai komitmen ulang neokonservatif terhadap hegemoni Amerika Serikat, kata Jeffrey Sachs, ekonom AS dan Presiden Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan (SDSN) PBB, kepada kantor berita Sputnik.

"Deklarasi NATO adalah komitmen ulang neokonservatif yang tegas terhadap hegemoni AS. Deklarasi ini menyerukan NATO untuk mendukung 'tatanan berbasis aturan', yang sebenarnya merupakan tatanan berbasis di AS yang kerap bertentangan langsung dengan Piagam PBB," kata Sachs.

Sebelumnya pada Rabu (10/7), NATO mengeluarkan Deklarasi gabungan KTT Washington, yang menguraikan upaya aliansi tersebut untuk semakin mengisolasi Rusia, meningkatkan keamanan aliansi di sisi timurnya, meningkatkan bantuan keamanan untuk Ukraina, serta mengeklaim bahwa Ukraina berada pada "jalur yang tidak dapat dibendung" untuk bergabung dengan NATO, selain inisiatif lainnya.

"Ini menggambarkan NATO sebagai kekuatan defensif meskipun faktanya NATO berulang kali terlibat dalam operasi perubahan rezim yang ofensif, termasuk di Afghanistan, Irak, Serbia, Libya, Ukraina, dan lainnya," kata Sachs.

Sachs menjelaskan, deklarasi NATO juga mengulang kembali isi Pasal 10 Perjanjian Washington, yang pada dasarnya membuat Rusia tidak memiliki masukan jika NATO ingin memperluas wilayahnya hingga mengepung Rusia.

Selain itu, Sachs mengatakan pernyataan bersama NATO yang menggambarkan komitmennya terhadap pengembangan bioteknologi canggih, yang meningkatkan kekhawatiran terkait potensi perang biologis.

Sachs juga menunjukkan bahwa deklarasi tersebut menunjukkan niat NATO untuk terus mengerahkan rudal anti-balistik di seluruh Eropa seperti yang sebelumnya dilakukan di Polandia, Rumania, dan Turki.

Pengerahan tersebut secara langsung telah menggoyahkan arsitektur pengendalian senjata nuklir sejak Amerika Serikat secara sepihak menarik diri dari Perjanjian Rudal Anti-Balistik pada 2002.

Gedung Putih sebelumnya mengumumkan bahwa Amerika Serikat akan memulai pengerahan kemampuan penembakan jarak jauh secara sporadis dari Satuan Tugas Multi-Domain di Jerman pada 2026.

Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Anatoly Antonov mengatakan rencana AS untuk mengerahkan rudal jarak menengah dan pendek ke Jerman merupakan ancaman langsung terhadap keamanan internasional serta meningkatkan risiko perlombaan senjata rudal.

Sumber: Sputnik-OANA

Baca juga: Rusia ingatkan NATO atas peningkatan kehadiran militer di perbatasan
Baca juga: AS soroti pentingnya tekad komunitas internasional jaga stabilitas
​​​​​​
 

Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024