Sejarah lokal bukan sekadar cerita masa lampau, tetapi juga cerminan jati diri dan kearifan lokal yang harus dijaga
Tanjung Selor (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara membekali pengetahuan penulisan sejarah kepada 33 orang dari 11 kelompok etnis lokal di daerah tersebut untuk melestarikan sejarah lokal.

“Sejarah daerah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah identitas dan warisan budaya yang tak ternilai sehingga perlu dilestarikan, salah satunya melalui penulisan sejarah,” kata Sekda Malinau Ernes Silvanus di Malinau, Kamis.

Ia mengatakan sejarah lokal bukan sekadar cerita masa lampau, tetapi juga cerminan jati diri dan kearifan lokal yang harus dijaga dan ditransmisikan kepada generasi penerus.

Pelatihan tersebut diyakini menjadi wadah membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan dalam penulisan sejarah lokal yang autentik dan kaya informasi. Peserta dilatih menggali sumber-sumber sejarah yang kompeten, seperti saksi hidup, benda peninggalan sejarah, dan tradisi turun-temurun, untuk merajut kisah masa lampau yang utuh dan sarat makna.

Keunikan pelatihan ini terletak pada partisipasi aktif dari 11 etnis di Malinau, yaitu Abai, Bulungan, Bulusu, Kenyah, Kayan, Lundayeh, Punan, Sa'ban, Tahol, Tidung, dan Tingalan.

Baca juga: Warga Dayak Tenggalan ajukan pengakuan masyarakat hukum adat
Baca juga: Malinau wakili Indonesia pada pameran budaya internasional di AS


Setiap etnis diwakili oleh tiga penulis yang akan menyusun sejarah lokal dari sudut pandang dan kekhasan budayanya masing-masing.

Hasil dari pelatihan ini nantinya akan diterbitkan dalam bentuk buku sejarah umum yang memuat kekayaan budaya dan tradisi dari setiap etnis di Malinau. Buku tersebut dapat menjadi sumber informasi berharga bagi masyarakat luas, khususnya generasi muda, untuk mengenal dan mempelajari sejarah leluhur mereka.

Lebih dari sekadar pelestarian budaya, pelatihan ini juga menjadi jembatan komunikasi antaretnis di Malinau. saling berbagi cerita dan pengalaman sejarah menumbuhkan rasa persatuan dan memperkuat rasa saling menghormati antar budaya.

"Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan sejarah lokal, dan melalui pelatihan ini, kita bersatu merajut memori kolektif dan menghadirkan kembali kisah-kisah leluhur sarat makna bagi generasi penerus," tutur Sekda.

Menurutnya, semangat kolaborasi dan pelestarian budaya ini menjadi langkah maju yang patut diapresiasi. Kegigihan para peserta dalam merajut sejarah lokal mereka menjadi bukti nyata komitmen menjaga warisan budaya yang tak ternilai bagi Malinau dan Indonesia.

Pewarta: Muh. Arfan
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024