Kuncinya, semua pemangku kepentingan bisa bersama-sama, berkolaborasi untuk mengembangkan ekosistemnyaJakarta (ANTARA) -
Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) mencatat transaksi sebanyak 5.724.852,55 Lot, dengan komposisi 4.917.608,55 Lot merupakan transaksi sistem perdagangan alternatif dan 807.244 Lot adalah transaksi multilateral.
Secara "notional value", sepanjang semester I-2024 tercatat sebesar Rp10.794 triliun, dengan komposisi Rp10.718 triliun di transaksi sistem perdagangan alternatif dan Rp76 triliun di transaksi multilateral.
"ICDX juga berkomitmen penuh untuk secara bersama-sama dengan otoritas serta pemangku kepentingan lain untuk terus mengembangkan ekosistem perdagangan berjangka komoditi. Indonesia memiliki potensi besar terkait pengembangan industri ini. Kuncinya, semua pemangku kepentingan bisa bersama-sama, berkolaborasi untuk mengembangkan ekosistemnya," kata Direktur Utama ICDX Fajar Wibhiyadi di Jakarta, Kamis.
Dalam kurun waktu Januari-Juni 2024 tersebut, transaksi multilateral didominasi oleh transaksi komoditas emas dengan kontrak GOLDGR sebanyak 317.260 lot atau setara dengan 35 persen, dan kontrak GOLDUDMic sebanyak 122.984 Lot atau setara dengan 15 persen.
Sedangkan dalam sistem perdagangan alternatif, transaksi didominasi kontrak mata uang asing, dengan kontrak XAUUSD10 sebanyak 1.385.326 lot atau setara dengan 28 persen dan kontrak XAUUSD14 sebanyak 810.459 lot atau setara dengan 16 persen.
Baca juga: BKDI dukung pengembangan bursa CPO di Sumatera Utara
Baca juga: BKDI: Konflik Iran-Israel tak berdampak bagi bursa komoditas berjangka
Baca juga: BKDI dukung pengembangan bursa CPO di Sumatera Utara
Baca juga: BKDI: Konflik Iran-Israel tak berdampak bagi bursa komoditas berjangka
Untuk tahun 2024, sampai dengan akhir tahun ICDX memproyeksikan total transaksi akan mencapai 14.298.169 lot, naik 11,5 persen dibandingkan total transaksi tahun 2023 sebanyak 12.429.818 lot.
Pada 2022 total transaksi di ICDX sebanyak 10.162.685 lot, dan di tahun 2021 sebanyak 9.890.507 lot.
"Kami melihat transaksi multilateral ini memiliki potensi besar untuk berkembang, dan bisa dimanfaatkan oleh para pelaku usaha dalam melakukan lindung nilai serta mitigasi risiko atas harga komoditas," ujarnya.
Terkait ekosistem di perdagangan berjangka komoditi, Kepala Biro Pengembangan dan Pengawasan Perdagangan Berjangka Komoditi Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Tirta Karma Senjaya mengatakan investasi dalam perdagangan berjangka komoditi memiliki risiko yang tinggi. Untuk itu, mekanisme perdagangan berjangka perlu dibarengi dengan pemahaman yang sangat baik.
Perdagangan berjangka komoditi memiliki potensi sebagai suatu mekanisme lindung nilai, manajemen risiko sudah berjalan dan dapat diberlakukan juga pada komoditi unggulan di Indonesia.
Untuk mewujudkan hal itu, maka komoditi tersebut harus ditransaksikan di bursa berjangka dan ditopang oleh ekosistem industri perdagangan berjangka komoditi yang baik.
Menurut dia, ekosistem perdagangan berjangka komoditi di Indonesia memberikan fleksibilitas dan layanan yang lengkap, membuka peluang perdagangan yang lebih luas, tercatat dan membentuk tata kelola perdagangan yang adil dan transparan.
"Kami berharap para pelaku industri di Indonesia bisa mengakselerasi bisnisnya dengan lebih maksimal ke depannya," tuturnya.
Bappebti pun terus memperkuat ekosistem perdagangan berjangka komoditi untuk memperkuat perlindungan terhadap masyarakat agar dapat memberikan manfaat lebih luas serta memperkuat citra industri dengan mengikuti perkembangan dan melakukan penyesuaian berbagai aturan untuk memperbaiki perdagangan berjangka komoditi di Indonesia agar wajar, adil dan aman bagi masyarakat.
Baca juga: ICDX: Total transaksi 29,14 ribu lot pada hari perdagangan 2024
Baca juga: Transaksi timah murni di Bursa BKDI capai 7.823 miliar dolar AS
Baca juga: ICDX: Total transaksi 29,14 ribu lot pada hari perdagangan 2024
Baca juga: Transaksi timah murni di Bursa BKDI capai 7.823 miliar dolar AS
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024