Jakarta (ANTARA) - Badan Geologi menetapkan radius 3 kilometer (km) dari kawah Gunung Lewotobi Laki-laki di Nusa Tenggara Timur sebagai zona bahaya untuk masyarakat beraktivitas usai gunung api itu erupsi berkekuatan besar dengan amplitudo 37 milimeter, Kamis pagi.
"Masyarakat dan wisatawan juga untuk tidak melakukan aktivitas apapun pada radius 4 kilometer arah sektoral Utara - Timur laut dan 5 kilometer pada sektor Timur Laut dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki," kata Kepala Badan Geologi M. Wafid dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki pada pukul 06.55 Wita itu tercatat di seismograf memiliki amplitudo maksimum 37 milimeter atau tergolong besar dari umumnya dan berlangsung selama lebih kurang 8 menit 9 detik.
Pada erupsi tersebut Gunung Lewotobi Laki-laki menghembuskan abu lebih kurang 700 meter ke udara dari kawah aktif atau 2.284 meter di atas permukaan laut dengan kolom abu berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah barat dan barat daya.
Aktivitas vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki masih berada pada status level III atau Siaga.
Jika terjadi hujan abu, masyarakat yang beraktivitas di luar rumah disarankan untuk menggunakan pelindung berupa masker dan kaca mata. Begitupun juga bagi masyarakat di sekitar wilayah sungai yang berhulu dari gunung diminta mewaspadai potensi banjir lahar dingin.
Gunung Lewotobi yang memiliki ketinggian 1.584 meter di atas permukaan laut tersebut adalah gunung berapi kembar yang terletak di bagian tenggara Pulau Flores.
Gunung itu terdiri dari dua puncak, yaitu Gunung Lewotobi Laki-laki dan Gunung Lewotobi Perempuan.
Badan Geologi memantau secara visual dan instrumental gunung dari pos pengamatan yang berlokasi di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Baca juga: PVMBG: Hindari 3 kilometer dari pusat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki
Baca juga: PVMBG: Aktivitas gunung Lewotobi Laki-laki masih tinggi
Baca juga: Gunung Lewotobi Laki-laki tiga kali erupsi pada Rabu siang
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024