Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan bahwa kebaya merupakan alat diplomasi budaya untuk perdamaian dunia.

"Kebaya berkembang melintasi berbagai suku bangsa dan etnis, sehingga berpotensi menjadi karya yang mampu menjadi pemersatu dan mewujudkan perdamaian antar bangsa," kata Lestari Moerdijat atau yang karib disapa Rerie, dalam keterangan, di Jakarta, Kamis.

Secara historis, kata Lestari, kebaya merupakan kebudayaan bersama yang tidak hanya dimiliki satu negara saja.

Dalam perspektif sejarah, kebaya berkembang dalam peradaban manusia mempertemukan ragam suku bangsa dan etnis.

Kebaya juga merepresentasikan budaya dan bahasa tertentu, serta dapat diterima sebagai budaya bersama.

Berdasarkan catatan sejarah, kebaya terhubung dengan banyak negara pada periode modern, seperti antara lain Tiongkok, Arab, India, Portugal, Belanda, dan negara-negara se-kawasan.

Keterhubungan masa lalu itu terjadi karena perdagangan rempah dan kerja sama perdagangan lainnya, sehingga menciptakan akulturasi budaya yang diteruskan lintas generasi dalam bentuk fesyen dan bahasa.

Sementara Ketua Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan bahwa peringatan Hari Kebaya Nasional yang pertama akan diselenggarakan pada 24 Juli 2024 di Istora Senayan, Jakarta.

Peringatan Hari Kebaya Nasional itu, menurutnya, harus dimanfaatkan sebagai momentum untuk meningkatkan persatuan dan perjuangan perempuan Indonesia agar semakin berdaya dan naik kelas.

"Jadikan kebaya sebagai alat pemersatu bangsa dan negara-negara se-kawasan," kata Giwo.

Baca juga: Wakil Ketua MPR: Kebaya kebudayaan bersama di Asia Tenggara
Baca juga: Kebaya persatukan perempuan Indonesia dari latar belakang berbeda
Baca juga: LIP: Hari Kebaya Nasional ajang tunjukan keunikan daerah Indonesia

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024