... ada potensi rivalitas antara Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dalam pemeriksaan bagi kalangan perbankan... "Pontianak (ANTARA News) - Anggota Komisi XI DPR, Kamaruddin Sjam, mengatakan, suku bunga kredit mikro masih sangat tinggi sehingga sulit dijangkau pengusaha UMKM.
"Hal itu karena efisiensi perbankan yang sulit tercapai. Terlihat dari selisih antara bunga kredit dan bunga simpanan yang masih besar," kata Sjam, di Pontianak, Sabtu.
Ia melanjutkan saat ini suku bunga di Indonesia masih yang tertinggi di kawasan ASEAN.
Sementara itu, untuk pengawasan perbankan sudah beralih ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Ini akan semakin mempersulit menciptakan efisiensi mengingat pengawasan dan kebijakan yang terpisah," ujar dia.
Ia mengakui ada sejumlah kritik yang perlu diperhatikan seiring peran Bank Indonesia setelah lahirnya OJK.
Ia mencontohkan kurang efektifnya peran BI sebagai lender of the last resort, dimana BI sebagai pemberi fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP) harus menerima laporan dari OJK baru kemudian melakukan cek ulang.
Kemudian, kebijakan BI rate tidak serta merta diikuti pergerakan bunga simpanan dan bunga kredit.
"Jangan sampai pada saat fungsi pengawasan dan pengaturan perbankan pindah ke OJK, fungsi ini menjadi semakin tidak efektif," kata politisi Partai Golkar dari daerah pemilihan Kalbar itu.
Selain itu, ada kekhawatiran terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan kebijakan pengawasan makroprudensial yang dibuat BI dan kebijakan pengawasan mikroprudensial rancangan OJK.
"Bukan tidak mungkin, ada potensi rivalitas antara Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dalam pemeriksaan bagi kalangan perbankan," kata Kamaruddin Sjam.
BI, kata dia, akan tetap mempunyai wewenang memeriksa perbankan kendati OJK sudah mengambil fungsi tersebut namun dalam konteks makroprudensial.
Pewarta: Teguh Wibowo
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014